Reporter: Hans Henricus | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pengembangan ASEAN Connectivity akan terus bergulir. Salah satu bentuknya adalah pembangunan infrastruktur dalam kerangka kerjasama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area atau BIMP-EAGA.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menjelaskan ada 12 proyek infrastruktur dalam BIMP-EAGA. "Proyek ini masuk dalam konektivitas ASEAN," ujar Hatta usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan Perdana Menteri Laos Thongsing Thammavong di Istana Kepresidenan, Senin (9/5).
Menurutnya, ada 2 proyek yang akan bergulir tahun ini di wilayah perbatasan dengan Malaysia. Kedua proyek itu adalah pembangkit listrik (power plant).
Pertama, pembangkit listrik di wilayah Sanggau, Kalimantan Barat yang memiliki jaringan hingga Serawak. Kedua, pembangunan pembangkit listrik Riau dengan jaringan hingga Malaka di Malaysia.
Kerjasama BIMP-EAGA dibentuk pada pertemuan tingkat Menteri di Davao City, Filipina tanggal 26 Maret 1994. Tujuan kerjasama ini meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan negara-negara BIMP-EAGA.
Adapun wilayah Indonesia yang masuk dalam BIMP-EAGA adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara. Kemudian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat.
Selain power plant, Hatta bilang pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan di wilayah perbatasan juga sedang bergulir. "Contohnya di Bitung, Sulawesi Utara," kata politisi Partai Amanat Nasional itu.
Sebagai informasi, berbagai proyek yang masuk dalam program konektivitas ASEAN dibiayai dana bersama ASEAN, diperkirakan mencapai sekitar US$ 647 juta. Dana itu bersumber antara lain dari patungan antara negara ASEAN maupun pinjaman dari Jepang dan Asian Development Bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News