Reporter: Uji Agung Santosa |
JAKARTA. Sekitar 80% dari 8.500 bangunan pasar tradisional rusak parah, pasar-pasar tersebut perlu direvitalisasi sehingga mampu menampung lebih banyak pedagang. Bantuan pemerintah melalui stimulus fiskal sebesar Rp 315 milliar, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah untuk pembangunan pasar tradisional pada 2009 ini belum cukup.
Untuk itu Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) berharap pemerintah menunjuk salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menjadi bank yang konsen terhadap upaya revitalisasi pasar tradisional tersebut. “Umur bangunan pasar itu lebih dari 20 tahun sehingga perlu direvitalisasi,” kata Deputy Kerjasama dan Investasi Asparindo Suhendro di Jakarta, kemarin.
Ia menambahkan, selain pembiayaan revitalisasi pasar, perbankan juga harus mau membantu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk masalah permodalan. Karena menurutnya, beberapa langkah pemerintah seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program yang lain belum bisa diakses oleh pedagang kecil. Kredit modal usaha dan kepemilikan kios ini harus berbunga rendah dan jangka waktu panjang tidak 3 tahun seperti saat ini.
Asparindo mengaku sudah melakukan segala upaya untuk mencari pendanaan melalui perbankan nasional, tapi sampai saat ini belum banyak yang mau mengucurkan dana untuk revitalisasi tersebut. Jika Asparindo bekerjasama dengan pihak ke-3 maka bisa dipastikan harga kios akan lebih mahal, karena pihak ke-3 tersebut akan mengeruk untung lebih banyak. “Kami tak mau hal itu terjadi karena pasar adalah sentra ekonomi rakyat dan juga ada aspek sosialnya,” katanya.
Beberapa kendala dialami oleh Asparindo terutama dalam soal jaminan asset. Status hak pakai pedagang dianggap perbankan belum bisa menjadi asset yang dijaminkan, mereka ingin status yang lebih tinggi seperti status hak guna bangunan. Revitalisasi akan diutamakan untuk pasar-pasar yang mengalami kebakaran.
Dengan krisis ekonomi global yang terjadi saat ini dan persaingan dengan pasar modern, maka upaya revitalisasi pasar tradisional akan sangat penting, terlebih lagi akan banyak kejadian pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor formal. Pekerja yang terkena PHK akan mengalihkan profesi dan masuk ke sektor informal yang akan ditampung oleh pasar tradisional.
Kondisi pasar tradisional saat ini sudah sangat menyedihkan, sehingga banyak pedagang yang tadinya berjualan di dalam pasar tradisional menutup usahanya. Akan tetapi penurunan itu diimbangi dengan meningkatkan pedagang kaki lima di sekitar pasar. "Kita belum dapat data statistiknya tapi fenomenanya seperti itu,” katanya.
Agar mampu bersaing dengan pasar modern, maka pasar tradisional harus berbenah mulai dari sisi bangunan, fasilitas termasuk manajemen pengelolaan. Untuk memotong rantai distribusi di pasar tradisional agar bisa bersaing dengan harga dipasar modern, maka Asparindo mengusulkan adanya depo pasar, sehingga rantai distribusi hanya dua tingkat tidak 5 tingkat seperti saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News