kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

415 Kabupaten/Kota Masuk Risiko Tinggi Polio, Kemenkes Gencarkan Imunisasi


Minggu, 20 November 2022 / 11:59 WIB
415 Kabupaten/Kota Masuk Risiko Tinggi Polio, Kemenkes Gencarkan Imunisasi
Warga membawa bayinya untuk diberikan vaksin saat pencanangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Puskesmas kayu merah, Kabupaten Gorontalo, Selasa (8/3). 415 Kabupaten/Kota Masuk Risiko Tinggi Polio, Kemenkes Gencarkan Imunisasi.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Untuk itu pemerintah gencarkan upaya Imunisasi.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, sejak pandemi Covid-19 memang terjadi penurunan cakupan imunisasi polio.

“Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19” ujar Maxi dalam keterangan tertulis, Minggu (20/11).

Awal November 2022 lalu, ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio tingkat Kabupaten Pidie.

Baca Juga: Daftar Imunisasi Dasar Lengkap untuk Anak dan Resiko Jika Anak Tidak Diimunisasi

Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil. Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.

Maxi menjelaskan, anak tersebut mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.

"Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya," jelasnya.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, faktor lainnya ialah perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Dimana masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai.

Baca Juga: WHO Sebut Akhir Pandemi di Depan Mata, Masker Masih Diperlukan atau Tidak?

Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan. 




TERBARU

[X]
×