kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2011 tantangan kian berat, Indonesia susah tumbuh 6,5%


Selasa, 31 Agustus 2010 / 22:26 WIB


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Perekonomian tahun 2011 nanti akan mendapat lebih banyak tantangan. Ancaman inflasi dan imbas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara besar akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan.

Hal ini disampaikan oleh Pjs. Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution dalam rapat kerja Badan Anggaran di DPR RI, Selasa sore (31/8). Darmin menuturkan, untuk mengejar angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% tahun 2011 akan berat dengan berbagai macam tantangan tersebut. "Jika ada range pertumbuhan ekonomi antara 6% sampai 6,5% itu kami anggap susah jika sampai 6,5%. Mencapai batas atas itu susah, maka itu kami cenderung memperkirakan ekonomi bisa bertumbuh tahun depan di angka tengah-tengah yaitu 6,3%," ujarnya.

Darmin menjelaskan, ada beberapa sebab yang membuat laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 tidak bisa digeber kencang. Pertama, kondisi ekonomi global. "Beberapa negara besar perekonomiannya tidak secepat yang diharapkan dan ini akan mempengaruhi laju ekspor kita," jelasnya.

BI memperkirakan laju ekspor net akan menurun namun impor justru akan terus meningkat. "Pertumbuhan ekonomi tahun depan akan banyak disokong oleh pertumbuhan domestik dan konsumsi rumah tangga. Itu didorong oleh perbaikan daya beli sejalan dengan peningkatan pendapatan dan keyakinan konsumen yang masih kuat," papar Darmin.

Tantangan kedua untuk perekonomian tahun depan adalah masalah inflasi. Darmin menjelaskan, akan banyak sumber inflasi mengintai tahun depan. Salah satunya adalah tekanan harga-harga komoditi pangan. "Persoalan harga pangan sudah ada sejak dua bulan terakhir. Kelihatannya tidak hanya di Indonesia namun terjadi secara global, di mana tidak hanya gandum tapi juga beras. Ini kemungkinan besar sekali menyumbang kenaikan inflasi walaupun dalam kadar yang lebih besar tingkat inflasi itu masih tetap agak rendah," jelasnya.

Selain itu, akselerasi domestik inflasi meningkat terkait adanya penyesuaian waktu antara suplai dan permintaan di dalam negeri.
"Kelompok volatile food seperti tahun ini terkait anomali iklim juga adanya penerapan pembatasan ekspor gandum oleh Rusia dan Ukraina," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×