kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RI menargetkan bisa memproduksi vaksin corona Maret 2021


Selasa, 26 Mei 2020 / 13:38 WIB
RI menargetkan bisa memproduksi vaksin corona Maret 2021
Ilustrasi vaksin corona. REUTERS


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semua negara kini tengah berkejaran dengan waktu untuk bisa membuat vaksin virus korona atau Covid-19 secara mandiri. Hal ini juga dilakukan oleh Indonesia agar tidak tergantung dengan produsen obat luar negeri. 

Saat ini Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (Kemristek/BRIN) Indonesia juga tengah melakukan riset untuk membuat vaksin korona. Targetnya, vaksin virus korona sudah bisa diproduksi pada Maret 2021 nanti. 

Untuk bisa mencapai target tersebut, pemerintah sudah menggandeng beberapa pihak, seperti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.

Baca Juga: Uji klinis obat corona ala Indonesia, dari jahe hingga plasma

Menurut Ekoputro Adijayanto, Staf Khusus Menteri Riset dan Teknologi dan BRIN, perkembangan pembuatan vaksin korona di Indonesia saat ini sudah mencapai tahap pengumpulan whole genome sequence (WGS). Nah, genom tersebut bakal diuji lebih lanjut dan menjadi dasar pengujian terhadap bakal vaksin korona.

Baca Juga: Mantap! Lembaga Eijkman memulai upaya pembuatan vaksin

Sejauh ini, Lembaga Eijkman sudah menemukan tujuh genom yang terkait dengan virus korona. Selain itu tim peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya juga sudah menemukan dua genom yang berhubungan dengan Covid-19. Asal tahu saja, keseluruhan genom tersebut adalah yang berasal dari Indonesia. Genom tersebut berbeda dengan tiga jenis genom yang ada di Wuhan, China.

Untuk penelitian lebih lanjut, ketujuh genom asal Indonesia tersebut sudah dikirim ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Lembaga hasil kerja bareng pemerintah Jerman dan organisasi nirlaba ini bertujuan  menyediakan informasi genetik virus penyebab epidemi seperti flu. 

"Tukar menukar informasi itu penting untuk bisa menemukan jenis virusnya dan kami tidak bisa bekerja sendirian," kata Eko kepada KONTAN, Senin (25/5).

Ia harap satu tahun adalah waktu yang cukup bagi peneliti di Indonesia untuk bisa membuat vaksin korona yang cocok untuk virus di Indonesia. Untuk keperluan tersebut, pemerintah sudah anggarkan Rp 38 miliar untuk riset, pembuatan alat kesehatan dan pengobatan korona, mulai dari vaksin dan pengobatan. 

Khusus untuk anggaran membuat reagen yang menjadi bagian penting tes korona anggarannya sebesar Rp 11,79 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×