kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pertimbangan BI kerek suku bunga acuan


Kamis, 15 November 2018 / 19:06 WIB
Ini pertimbangan BI kerek suku bunga acuan
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate (7-DRRR) naik 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Kenaikan ini mempertimbangan ekonomi global yang melambat dan pertumbuhan Indonesia yang cukup baik.

"Di sisi global ekonomi global tumbuh melambat dan masih bergerak tidak seimbang disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tetap tinggi," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, Kamis (15/11).

Pertumbuhan ekonomi dunia melandai karena ketegangan perang dagang AS-China dan harga minyak dunia yang turun.

Selama 2018, ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh kuat dan akan mengalami konsolidasi pada 2019. Ekspektasi inflasi AS tetap tinggi sehingga The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga.

Pertumbuhan ekonomi di Eropa melambat di tengah inflasi yang cenderung meningkat. Normalisasi kebijakan moneter di Eropa dengan pembelian aset keuangan diperkirakan masih akan terus berlanjut.

"Sementara pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat karena ketegangan perang dagang dengan AS," jelasnya.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Tanah Air dinilai cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2018 sebesar 5,17% year on year (yoy). Didukung permintaan domestik tumbuh 6,4% yoy. Kenaikan ini dipengaruhi tingginya investasi infrastruktur pemerintah baik bangunan dan non bangunan.

"Kontribusi ekspor netto tercatat negatif akibat menurunnya kinerja ekspor sejalan dengan permintaan global yang melemah," ungkapnya.

Kondisi yang sehat didukung dengan neraca transaksi modal dan finansial yang surplus cukup besar US$ 4,2 miliar. Meskipun, defisit neraca transaksi berjalan melebar menjadi US$ 8,8 miliar atau 3,37% dari PDB.

Sedangkan rupiah juga dalam kondisi sehat dengan mengalami penguatan pada November 2018. "Secara year to date terdepresiasi 8,25% atau lebih rendah dari Turki, India, dan Bangladesh," ungkapnya.

Inflasi juga terjaga pada level rendah dan stabil. Tercatat Oktober 2018 onflasi 0,28% month on month (mom) atau 3,16% yoy. Inflasi kumulatif hingga Oktober tercatat 2,22% year to date. BI memperkirakan inflasi tahun 2018 sekitar 3,2%.

Sedangkan dari sisi keuangan, kondisi perbankan cukup baik. Pertumbuhan kredit September 2018 meningkat ke level 12,7%. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,6%, rasio kecukupan modal 22,9% dan alat likuid DPK 19,2%.

Aliran transaksi obligasi, MTN dan isntrumen lainya di pasar keuangan Januari-September 2018 sekitar Rp 168,1 triliun lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 205,9 triliun.

Sedangkan transaksi uang beredar dan uang elektronik tumbuh 12,1% yoy pada triwulan III-2018. Transaksi elektronik tumbuh 300,4% terutama didorong kuatnya preverensi tekfin dan e-commerce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×