Reporter: Dina Farisah | Editor: Dadan M. Ramdan
JAKARTA. Kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) negara kita sudah banyak yang uzur. Tak ada cara lain, selain melakukan modernisasi mesin tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Untuk itu, tahun depan, pemerintah menyiapkan anggaran untuk membeli peralatan perang baru maupun memperbaiki yang lama sebesar Rp 28,2 triliun. Ini naik 36,31% dari total bujet belanja Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang mencapai Rp 77,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBN) tahun 2013.
Jumlah tersebut meningkat sebanyak Rp 4,8 triliun atau 6,6% ketimbang anggaran belanja Kemhan di APBN Perubahan 2012 yang sebesar Rp 72,9 triliun. Bujet belanja Rp 77,7 triliun ini berasal dari keuangan negara sebesar Rp 64,4 triliun, pinjaman luar negeri sebesar Rp 12,8 triliun, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 600 miliar.
Hartind Asrin, Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan, mengatakan, kenaikan anggaran dari Rp 72,9 triliun menjadi Rp 77,7 triliun akibat melonjaknya seluruh aspek anggaran, mulai dai belanja pegawai, belanja barang hingga belanja modal.
Sedang bujet belanja alutsista merupakan rencana strategis lima tahun, yakni 2010 sampai 2014. "Total anggaran belanja alutsista selama lima tahun mencapai Rp 150 triliun," katanya kepada KONTAN, Senin (27/8).
Tahun ini, Kemhan menargetkan pengadaan alutsista bisa mencapai 40%. "Kami menunggu undangan DPR untuk membahas alokasi anggaran ini. Mungkin pekan depan," imbuh Hartind.
T.B. Hasanuddin, Wakil Ketua Komisi Pertahanan (I) DPR, bilang, pembahasan RAPBN 2013 mulai awal September 2012 nanti."Butuh waktu dua tiga bulan untuk merampungkan pembahasan ini karena substansinya sangat banyak," ujarnya.
Menurut Hasanuddin, belanja alutsista sangat penting karena banyak senjata TNI yang sudah tua. "Usia senjatanya bahkan ada yang sudah 30 tahun. Maka, harus diganti dengan senjata yang lebih modern," ungkapnya.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap, anggaran Kemhan bisa digunakan sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Selain itu, bisa terjadi transfer of technology di setiap pembelian alutsista dari luar negeri, serta mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabel.
Hasanuddin menambahkan, pengadaan alutsista dari luar negeri antara lain pesawat yang dibeli dari Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Brasil. Sementara, pembelian dari dalam negeri melibatkan PT Pindad, PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News