kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,06   -1,69   -0.19%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surplus perdagangan Indonesia makin menipis


Rabu, 01 Februari 2012 / 21:01 WIB
Surplus perdagangan Indonesia makin menipis
ILUSTRASI. Ilustrasi vaksinasi. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Herlina KD | Editor: Test Test

JAKARTA. Meski neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus hingga akhir 2011, namun suplus neraca perdagangan Indonesia semakin menipis.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan, ekspor pada Desember 2011 lalu sebesar US$ 17,2 miliar dan impor sebesar US$ 16,34 miliar. “Sehingga, neraca perdagangan Desember surplus US$ 858,5 juta,” ujarnya, Rabu (1/2).

Angka surplus tersebut masih lebih rendah ketimbang November 2011 yang mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$ 1,53 miliar dan surplus pada Oktober 2011 lalu sebesar US$ 1,15 miliar.

Nah, sepanjang Januari-Desember 2011, total ekspor Indonesia mencapai US$ 203,62 miliar dan dengan total impor sebesar US$ 177,3 miliar. Dengan begitu, "Surplus neraca perdagangan sepanjang tahun 2011 sebesar US$ 26,32 miliar," imbuhnya.

Jika melihat negara tujuan, neraca perdagangan (non migas) Indonesia mencatatkan surplus dengan negara ASEAN dan Uni Eropa. BPS mencatat, total ekspor non migas Indonesia ke negara ASEAN sebesar US$ 32,21 miliar, sedangkan impornya sebesar US$ 29,72 miliar. Sehingga, ada surplus perdagangan sebesar US$ 2,498 miliar. Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa tercatat sebesar US$ 8,044 miliar.

Sementara itu, Suryamin bilang Indonesia masih mencatatkan defisit neraca perdagangan non migas dengan beberapa negara seperti Jepang dan China. Defisit perdagangan dengan Jepang sepanjang tahun lalu tercatat sebesar US$ 980 juta.

Suryamin menjelaskan, Indonesia masih mencatatkan defisit neraca perdagangan dengan China. Sepanjang 2011 total ekspor non migas Indonesia ke China sebesar US$ 21,595 miliar, dan total impor sebesar US$ 25,532 miliar. Alhasil, defisit perdagangan Indonesia dengan China tahun 2011 mencapai US$ 3,937 miliar.

Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto menjelaskan, defisit neraca perdagangan dengan China tahun ini lebih besar ketimbang tahun sebelumnya yang sekitar US$ 2,1 miliar. Artinya, "China memang mitra dagang yang tangguh sehingga defisit kita semakin banyak," ungkapnya.

Menurut Satwiko, potensi defisit perdagangan dengan China tahun ini bisa lebih melebar. Pasalnya, jika terjadi perlambatan ekonomi, permintaan ekspor ke China, khususnya untuk bahan mentah seperti CPO bisa ikut melorot. "Kalau permintaan CPO China turun, akan mengurangi ekspor kita sehingga defisit kita bisa lebih besar," terangnya.

Makanya, Satwiko bilang Indonesia perlu mengelola perdagangan dengan China. Artinya, barang impor dari China benar-benar barang yang diperlukan, bukan hanya sekadar barang substitusi.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, Indonesia sudah mulai melakukan diversifikasi pasar ekspor untuk tetap menjaga kinerja ekspor. Sehingga pada gilirannya bisa mempertahankan surplus neraca perdagangan.

Bambang bilang, yang terpenting saat ini adalah menjaga agar pertumbuhan perdagangan internasional (ekspor) masih tumbuh."Kalau pertumbuhan (ekspor) turun itu tidak bisa kita sangkal, karena memang ada krisis. Yang penting (ekspor) kita masih tumbuh," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×