kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.716   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.348   29,30   0,35%
  • KOMPAS100 1.164   3,69   0,32%
  • LQ45 850   3,50   0,41%
  • ISSI 289   1,86   0,65%
  • IDX30 444   -0,88   -0,20%
  • IDXHIDIV20 513   1,07   0,21%
  • IDX80 131   0,45   0,35%
  • IDXV30 137   0,41   0,30%
  • IDXQ30 141   -0,23   -0,16%

"Situasi ekonomi sedang tak normal"


Senin, 11 April 2016 / 10:02 WIB


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Pemerintah akan ajukan APBNP 2016 untuk mengurangi risiko fiskal tahun ini. Berikut wawancara KONTAN dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution, pekan lalu (7/4).

KONTAN: Apa yang ingin disasar APBN-P 2016?
Darmin: Pertama, kami menyadari target penerimaan tidak mudah dicapai. Karena itu, harus ada upaya untuk membuatnya lebih bisa dicapai. Semua orang sebenernya bisa berhitung, jadi orang tau apakah ini ketinggian atau tidak. Kalau diubah, market akan menganggap APBN tidak ada risiko.

Kalau dibiarkan seperti di-APBN, investor atau market menganggap ini ada risiko. Kalau ada anggapan risiko, mereka akan punya reserve. Tentu saja, tidak ada yang mau masuk ke area yang risikonya tinggi. Anda akan lihat di APBN-P itu ada efisiensi.

KONTAN: Benarkah risiko penerimaan tahun ini besar?
Darmin: Sebetulnya situasi ekonomi kita sudah berhasil diubah kecenderungannya. Tadinya kecenderungannya mengarah ke penurunan, tapi mulai pertengahan tahun lalu mulai berubah, mulai naik walaupun tidak besar. Walaupun ekonomi kita mulai sedikit meningkat pertumbuhannya, tetapi kalau melihat basis komoditi yang tadinya menjadi tumpuan, itu belum pulih, masih terus turun.

Dalam situasi seperti itu, memang penerimaan pajak terganggu. Di pihak lain sumber dari pertumbuhan itu masih tetap konsumsi. Kenapa konsumsi melambat? Kalau harga komoditasnya lagi menurun itu pasti memengaruhi daya beli konsumsi masyarakat.

Di pihak lain, konsumsi di bidang infrastruktur, hasilnya belum ada dalam pajak. Dia bisa mempengaruhi pertumbuhan naik, belum ada dampaknya terhadap penerimaan. Karena investasinya belum ada hasil ke penerimaan, karena produksinya belum keluar.

KONTAN: Kenaikan PTKP jadi Rp 4,5 juta sebulan jadi pendorong ekonomi bisa tumbuh 5,3% tahun ini?
Darmin: Kita mencari tahu ada kecenderungan yang bisa mendorong ke bawah, sehingga harus dicari kecenderungan yang bisa mendorong ke atas.

KONTAN: Ada strategi lain? Memajaki e-commerce asing?
Darmin: Sebetulnya Anda mau memancing saya untuk bicara mengenai tax amnesty kan? haha.. Kalau magnitude-nya tax amnesty, lebih baik tanya Menkeu. Dia yang punya data. Saya juga nggak pernah tanya mana sih datanya. Biar saja dia yang pegang. Kalau Anda tanya, menurut Anda bagaimana? Nggak tau. Kan belum dicoba. Menteri Keuangan termasuk yang optimis bahwa ini akan berhasil.

KONTAN: Pemerintah akan mewajibkan repatriasi aset?
Darmin: Mungkin arahnya itu tidak wajiblah, mungkin diberi insentif. Kalau masuk uangnya, ya pajaknya lebih kecil. Kalau enggak masuk ya pajaknya lebih besar. Kalau diwajibkan, reaksinya lain lagi. Selalu dilemanya di situ.

Semua orang tahu dalam dua tahun ke depan, informasi akan dibuka. Tinggal masing-masing menghitung risikonya. Kalau dia tidak ambil kesempatan ini, nanti akan ketahuan juga. Kalau ketahuan nanti ceritanya akan berbeda.

KONTAN: Kok tarifnya cuma 1%-3% bagi yang menyimpan dana di sini?
Darmin: Kalau sudah wajar atau tidak, itu normatif. saya enggak jawab aja deh.

KONTAN: Masyarakat keluhkan lapangan kerja, dampak deregulasi minim?
Darmin: Kalau bicara tenaga kerja, untuk menyerap pertambahan angkatan kerja, bukan menyerap yang menganggur atau mereka yang bekerja di sektor informal, itu besar sekali, karena tambahan angkatan kerja 2,5-2,7 juta. Dengan perilaku struktur ekonomi kita sekarang perlu pertumbuhan ekonomi 7% untuk menyerap tambahan kerja itu.

Selama kita belum bisa mencapai 7%, selama itu akan muncul pengangguran.  Sekarang sebetulnya ada jalan keluar terhadap situasi ini dengan mendorong infrastruktur lebih dulu. Tapi kalau Anda mengundang investor dalam situasi ekonomi melambat seperti sekarang itu tidak mudah. Dia akan berani masuk, kalau ada risiko dia bisa hitung. Disitu sebetulnya permainananya.

Indonesia mungkin lebih ringan tekanannya dibanding negara lain. Negara maju nggak bisa mencapai pertumbuhan yang sedikit baik, maka keluar kebijakan yang aneh-aneh, misalnya tingkat bunga minus, itu tandanya dia bingung. China dan India memang saat ini tumbuh lebih tinggi dari kita, tapi dia bingung karena tren penurunan ekonominya nggak bisa direm, tapi Indonesia masih bisa.

Suasana confidence-nya itu berbeda. Tapi kondisi kita sekarang sedang tidak normal. Walau kita berikan insentif macam-macam jangan harap orang langsung datang investasi. Kita dorong dulu infrastruktur dan deregulasi, baru kita harap investasi masuk.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×