kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor China akan terdongkrak pertumbuhan Asia


Minggu, 23 Juli 2017 / 21:10 WIB
Ekspor China akan terdongkrak pertumbuhan Asia


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di Asia pada tahun ini menjadi 5,9%. Angka ini lebih tinggi dibanding proyeksi ADB sebelumnya yang hanya di kisaran 5,7%. Pendorong utama meningkatnya PDB Asia masih dipengaruhi oleh beberapa negara seperti China, Korea Selatan, India dan Malaysia.

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan naiknya proyeksi pertumbuhan ekonomi dibeberapa negara Asia memiliki pengaruh pada perekonomian Indonesia di beberapa sektor. Misalnya China, yang merupakan negara partner dagang terbesar bagi Indonesia, diprediksi akan terus mengalami percepatan pemulihan ekonomi.

"Prospek rebalancing China lebih cepat dibanding tahun 2016. Kondisi itu didorong oleh peningkatan impor di akhir Juni sebesar 17%," terang Bhima. Ia kembali menjelaskan, impor China berkorelasi dengan bergeliatnya kembali sektor manufaktur.

Maka, otomatis kinerja ekspor Indonesia pada semester II -2017, diharapkan akan membaik. Surplus neraca perdagangan juga diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun, terutama didorong oleh peningkatan ekspor non-migas.

"Jadi setiap peningkatan 1% pertumbuhan ekonomi China akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,11%. Bukan tidak mungkin pulihnya ekonomi China akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih dari 5.1% di tahun ini," papar Bhima pada KONTAN, Minggu (23/7).

Selanjutnya, motor penggerak kedua ada di India karena total ekspor Indonesia ke India mencapai 6.98%. Konsumsi di India masih cukup stabil, sehingga permintaan ritel dan otomotif cenderung meningkat.

"Kebutuhan India akan impor karet untuk memenuhi industri otomotifnya akan mendorong harga karet Indonesia pulih di paruh kedua tahun ini," kata Bhima. India dinilai memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat, ditengah kelesuan ekonomi negara lain, ekonomi India sejak tahun 2014 masih bisa tumbuh diatas 7%.

Sedangkan untuk Asia Tenggara, secara keseluruhan ADB mempertahankan prospek pertumbuhan sebesar 4,8%. Proyeksi tersebut mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Brunei yang dianggap mengecewakan.

Bhima berpendapat dampak kondisi perekonomian Brunei bagi Indonesia tidak besar. Justru, dampak yang cukup besar ada pada Malaysia, dibandingkan Brunei dan Thailand. Ia mengatakan wajar jika pertumbuhan ekonomi Brunei menurun pada beberapa tahun terakhir karena harga komoditas migas yang terkoreksi. "Karena sekitar 70% lebih penopang ekonomi Brunei itu dari minyak. Dia ikut harga minyak dunia," ujar Bhima.

Dampak yang dibawa Malaysia terhadap Indonesia adalah soal pengaruh harga  crude palm oil (CPO) dunia. Tahun ini kondisi ekonomi Malaysia memang lesu dibandingkan tahun lalu. Namun, Bhima mengatakan justru dengan lesunya Malaysia ada dana asing yang lari ke Indonesia. "Jadi dari sisi pertumbuhan investasi Indonesia justru mendapatkan berkah. Tapi, melihat Malaysia juga kompleks ya. Ada krisis politik disamping ekonominya yg kurang bagus," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×