Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Mimpi Indonesia untuk memiliki kereta api cepat akan segera terwujud. Besok, Kamis (21/1) Presiden RI Joko Widodo akan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) mega proyek High Speed Rail (HSR) atau kereta cepat Jakarta-Bandung di Walini, Bandung Barat.
Mega proyek tersebut akan digarap oleh PT PT Kereta Api Cepat Indonesia-China (KCIC) yakni perusahaan patungan antara konsorsium BUMN China dan Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan masing-masing 40% dan 60%.
Sementara PSBI dipimpin oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan kepemilikan sebesar 38%. Lalu PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggenggam kepemilikan 25%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII 25%, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 12%.
Proyek kereta api cepat ini akan menghabiskan investasi sebesar US$ 5,5 miliar atau jika dikonversi akan mencapai Rp 75,9 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 13.800 per dollar AS. Pendanaan untuk proyek ini sekitar 75% berasal dari eksternal yakni pinjaman dari China development Bank (CDB) dan 25% dari internal KCIC.
Saat ini KCIC telah menyetor modal awal Rp 1,25 triliun sebagai syarat kepemilikan modal badan usaha di bidang transportasi sesuai Peraturan Menteri Perhubungan no 45 tahun 2015. Dengan porsi 38% dari kepemilikan PSBI, WIKA telah menyetorkan bagiannya sebesar Rp 285 miliar, KAI Rp 187,5 miliar, PTPN Rp 187,5 miliar dan JSMR Rp 90 miliar.
Bintang Perbowo, Direktur Utama WIKA mengatakan, CDB baru akan mencairkan pinjaman jika KCIC telah menyerahkan modalnya. Dengan penyetoran modal Rp 1,25 triliun, artinya CDB akan menggelontorkan pinjaman Rp 3,75 triliun.
Begitu pula selanjutnya. Jika pinjaman CDB mengucurkan pinjaman sebesar US$ 4,125 miliar maka KCIC harus telah menyetor modal dulu terlebih dahulu sebesar US$ 1,375 miliar. Bintang mengungkapkan, modal yang harus disetorkan WIKA untuk perusahaan patungan tersebut akan mencapai sekitar Rp 4,1 triliun-Rp 4,2 triliun.
Kereta Api Cepat ini nantinya akan terbentang dari Halim, Jakarta Timur sampai Gede Bage, Bandung. Nah, tahap pertama yang akan dibangun adalah kilometer (km) 88 sampai Km 144 yang terletak di wilayah Walini. "Ini adalah segmen yang feasibility studinya telah diselesaikan partner kami BUMN China," kata Bintang di Jakarta baru-baru ini.
Kereta api cepat ini ditargetkan bisa beroperasi pada akhir tahun 2018. Untuk tahap awal, kecepatan kereta ini akan mencapai 250 km per jam. Dengan begitu jarak antara Halim dan Gede Bage bisa ditempuh dengan waktu 45 menit. Namun, kedepannya kecepatannya akan terus ditingkatkan menjadi 300 km per jam - 310 km per jam sehingga waktu tempuhnya bisa lebih pendek lagi.
Adapun harga tiket yang akan dikenakan untuk kereta api cepat ini ketika sudah beroperasi pada tahun 2019 adalah Rp 200.000. Management WIKA memperkirakan potensi penumpang untuk tahun 2019 sekitar 28.000 penumpang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News