kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Presiden: Defisit transaksi berjalan menjadi salah satu masalah utama Indonesia


Kamis, 26 Juli 2018 / 13:22 WIB
Presiden: Defisit transaksi berjalan menjadi salah satu masalah utama Indonesia
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko widodo mengatakan saat ini ada dua masalah utama di ekonomi Indonesia sebagai imbas keadaan ekonomi global yang sulit diprediksi.

"Ada dua problem besar yang selalu terus-menerus saya sampaikan yang ini menjadi kewajiban kita bersama, yang masih harus kita carikan jalan keluarnya bagi negara kita," ungkap Presiden dalam rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi 2018 di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (26/7).

Kedua masalah itu, pertama, defisit transaksi berjalan yang melebar. Pada kuartal I-2018, neraca transaksi berjalan yang masih defisit sebesar US$ 5,54 miliar. Adapun pemicunya adalah defisit pada neraca pendapatan primer dan penapatan jasa yang masing-masing mengalami defisit sebesar US$ 7,9 miliar dan US$ 1,4 miliar.

Maka itu, Indonesia perlu memiliki fundamental yang kuat agar tidak berpengaruh terhadap gejolak ekonomi dunia. 

Untuk mewujudkan fundamental yang kuat tersebut Indonesia perlu meningkatkan ekspor. "Saya berkali kali sudah menyampaikan ini urusan ekspor dan impor. Kita sekarang ini defisit. Impornya banyak ekspornya lebih sedikit. Problemnya adalah di investasi di ekspansi ekspansi usaha," tambah Predisen.

Oleh sebab itu, dalam acara tersebut Presiden kembali meminta seluruh bupati dan walikota untuk mempermudah segala izin usaha baik itu yang berorientasi ekpor atau usaha yang bersubstitusi barang impor.

"Tutup mata langsung suruh bangun, karena ini yang kita butuhkan. Jangan mikir panjang panjang, jangan ditanya macam-macam sehingga batal enggak jadi investasi di provinsi di kabupaten kota daerah Bapak Ibu semuanya," jelas dia.

Dengan kata lain, pemerintah daerah perlu membuka lebar-lebar investasi yang memiliki orientasi ekspor. Sehingga, hal tersebut bisa membantu neraca perdagangan untuk surplus. Dengan begitu, ia percaya, ekonomi nasional akan kuat meskipun ada gejolak global.

Masalah kedua, yaitu berkaitan dengan pariwisata. Pasalnya, sektor ini merupakan potensi yang sangat besar untuk mendatangkan devisa negara. Oleh karena itu, Presiden kembali mengingatkan kepada kepala daerah untuk membuka investasi di sektor ini terutama bagi daerah-daerah yang memiliki tempat wisata yang baik.

Bahkan untuk hal itu, pemerintah pusat siap membantu. Sekadar tahu saja, saat ini pemerintah memiliki proyek 10 Bali baru untuk tempat wisata. Tapi yang masih difokuskan saat ini adalah Mandalika di NTB, Labuan Bajo di NTT, Borobudur di Jawa Tengah dan Danau Toba di Sumatra Utara.

Presiden telah memberi target kepada Menteri Pariwisata agar bisa membawa 20 juta turis untuk datang ke Indonesia. "Jumlah tersebut merupakan lompatan besar yang sebelumnya mencapai 9 juta turis," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×