Reporter: Fauzan Zahid Abiduloh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Maret 2018 surplus US$ 1,09 miliar. Surplus ini diharapkan bisa menjadi angin segar bagi Indonesia.
Pasalnya, tiga dua bulan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia terus menerus mengalami defisit masing-masing US$ 220 juta, US$ 670 juta, dan US$ 120 juta.
"Dengan begitu, surplus di Maret 2018 diharapkan menjadi titik awal bangkitnya pertumbuhan ekonomi nasional," kata Suhariyanto, Kepala BPS, Senin, (16/04).
Surplus neraca perdagangan tersebut utamanya disebabkan kenaikan peningkatan nilai ekspor. Tercatat, nilai ekspor di Maret 2018 mencapai US$ 15,58 miliar, naik 10,24% dibanding bulan sebelumnya (mtm).
Nilai ekspor Maret ini juga naik 6,14% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 14,68 miliar.
Sektor yang paling signifikan menyumbang kenaikan ekspor tersebut yaitu sektor nonmigas. Sektor tersebut mencatatkan total nilai sebesar US$ 14,24 miliar, naik 11,7% dari Februari 2018 yang sebesar US$ 12,74 miliar.
Sedangkan di sisi impor juga naik 2,13% dari Februari yang mencatatkan US$ 14,18 miliar. Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan nilai impor nonmigas yang mencapai US$ 12,23 miliar, naik 2,30% dari tahun lalu.
Kendati sektor nonmigas mencatatkan hasil manis, neraca perdagangan sektor migas alami defisit sebesar US$ 0,92 miliar meneruskan tren yang sudah-sudah.
"Setelah melalui dua bulan stagnasi nilai impor, per Maret 2018 impor migas naik 1,24% dari bulan lalu menjadi US$ 2,26 miliar. Tapi itu tak masalah, sektor nonmigas bisa menambal sehingga terjadi surplus," jelas Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News