Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Boleh saja jika pemerintah menganggap penguatan nilai tukar rupiah sebagai indikasi membaiknya perekonomian Indonesia. Karena perkasanya mata uang garuda itu, ditopang oleh masuknya dana panas ke pasar dalam negeri.
Itu artinya, pasar dalam negeri lebih menarik ketimbang negara lainnya untuk berinvestasi. Makanya, dalam data Bank Indonesia hingga pertengahan Februari 2016 lalu total hot money yang membanjiri pasar domestik mencapai US$ 2.125 juta.
Namun di mata ekonom CRECO Research Institute, Raden Pardede, penguatan rupiah harus dipandang sebagai kebijakan moneter yang berisiko. Risiko itu datang dari kemungkinan China akan kembali mendevaluasi Yuan.
Kemungkinan itu muncul jika melihat dalam beberapa bulan terakhir China aktif mengintervensi pasar. Dalam dua bulan saja, China sudah mengucurkan uangnya hingga US$ 100 miliar agar Yuan tetap menguat.
Sebagai mata uang yang masuk sebagai reserve currency oleh IMF, nilai tukar Yuan memang dibuat agar tetap. Meskipun secara fundamental, seharusnya Yuan terdepresiasi.
Meskipun cadangan devisa China mencapai US$ 3.000 miliar tidak mungkin mereka terus mempertahankan mata uang. Pada akhirnya Yuan akan terdevaluasi kembali.
Pada saat itu, maka rupiah juga akan ikut terperosok bisa saja hingga ke level Rp 14.200 per Dollar AS. Itu artinya rupiah akan turun dari level saat ini sekitar Rp 13.200 ke Rp 14.200. "Kita harus segera mengantisipasinya," kata Raden, Rabu (2/3) di Jakarta.
Selain masalah kebijakan moneter, capital inflow yang tinggi juga harus diperhatikan. Karena masih terbuka kemungkinan dana itu kembali dengan waktu cepat. Terlebih hot money itu selama ini masuk ke portofolio.
Mantan Menteri Keuangan M. Chatib Basri juga mengingatkan masalah capital ini. Chatib melihat, aliran dana itu terjadi karena kebijakan suku bunga negatif di Jepang dan Eropa, termasuk kemungkinan The Fed tidak jadi menaikan suku bunganya.
Di sisi lain, pemerintah sedang gencar membangun infrastruktur. Hal itu akan membuat Current Accoun Defisit (CAD) kembali melebar. Pada saat itu, akan terjadi kekhawatiran sehingga ada potensi dana itu kembali.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution bilang, langkah pemerintah dan Bank Indonesia sudah tepat. Untuk menjaga aliran dana asing tidak masuk terlalu besar, BI sudah memangkas suku bunga acuannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News