kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waspada, puncak inflasi terjadi bulan Juli


Senin, 02 Juni 2014 / 10:11 WIB
Waspada, puncak inflasi terjadi bulan Juli
ILUSTRASI. Serial Sex Education, salah satu serial yang dibintangi oleh aktris asal Inggris Emma Mackey, pemeran Maeve dalam serial ini.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi, puncak inflasi 2014 ini akan terjadi pada bulan Juli mendatang. Pendorongnya tak lain lebaran.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, kenaikan laju inflasi sudah terasa sejak bulan Mei dan akan berlanjut sampai Juli mendatang. Sayangnya, Perry belum mau mengungkap perkiraan inflasi pada bulan ketujuh tersebut.

Meski adalah lonjakan di bulan Juli, Perry meyakini, inflasi tahun ini tak akan setinggi inflasi tahun 2013 lalu. Asal tahu, inflasi pada bulan Juli 2013 mencapai 3,29% dan sepanjang 2013 silam angka inflasi mencapai 8,38%. Tingginya angka inflasi tak lain akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Juni 2013.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistiningsih sependapat dengan Perry, bahwa puncak inflasi memang akan terjadi Juli nanti. Ia memprediksi, inflasi Juli bisa mencapai 1,13%, sehingga inflasi tahunan pada bulan Juli menjadi 5,55%. Catatan saja, inflasi tahunan turun karena faktor pengaruh kebijakan kenaikan harga BBM pada tahun lalu sudah tidak masuk hitungan inflasi lagi.

Tapi, Lana menilai, inflasi bulan Juli tahun ini masih tetap tinggi karena ada faktor kenaikan harga pangan menjelang lebaran. Seperti biasa, di masa itu, permintaan pangan melonjak sehingga pedagang mengerek harga.

Di sisi lain, ada dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang bisa mempengaruhi komponen pengeluaran. Kenaikan tarif listrik ini berpengaruh pada harga makanan di beberapa industri.

Hitungan senada diungkapkan Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa. Ia menyebut, selain faktor lebaran, inflasi Juli naik tinggi juga karena ada masa libur sekolah.

Menurut dia, inflasi Juli akibat hari raya lebaran sekitar 0,81%. Sedangkan inflasi akibat libur sekolah sekitar 0,4%-0,6%. Total, inflasi Juli akan mencapai 1,2%-1,6%.

Meski Juli menjadi puncak Inflasi, Perry melihat inflasi sepanjang tahun ini tidak naik tinggi. Maklum, dari sisi permintaan, konsumsi domestik lebih rendah ketimbang tahun lalu. Apalagi, aktivitas ekonomi tahun ini memang sedang lesu seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Faktor inilah yang kemudian membuat laju inflasi tidak akan melebihi tahun lalu. Untuk bulan Mei sendiri, BI perkirakan, inflasi kurang dari 0,2%. Sehingga, inflasi tahunan alias year on year berada pada posisi 7,2%%-7,3%. Sedangkan dalam hitungan Lana, pada Mei dan Juni, inflasi akan mencapai 0,29% dan 0,84%.

Purbaya mengingatkan, pada tahun ini, pemerintah masih harus mewaspadai kenaikan harga pada bulan Desember. Karena, seperti biasa, di bulan Desember, permintaan barang dan jasa melonjak sementara suplai biasanya susut karena ada musim hujan.

Karena itu, BI tetap melakukan langkah antisipasi meredam inflasi. Caranya dengan memperkuat kerjasama antar daerah untuk memastikan suplai bahan pangan aman. "Agar pasokan terdistribusi bahan pangan bisa berjalan dengan baik," ujar Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×