kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Waspada pembalikan hot money


Kamis, 25 September 2014 / 07:27 WIB
Waspada pembalikan hot money
ILUSTRASI. Merayakan Idul Fitri tak lengkap jika tak menyuguhkan biskuit kaleng khas Lebaran


Reporter: Adi Wikanto, Asep Munazat Zatnika, Jane Aprilyani, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Alarm  itu menyalak kencang!  Adalah Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang kembali membunyikannya.  

Kemarin (24/9), Yellen kembali minta agar investor waspada. Sebab, The Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, jika ekonomi AS terus meningkat, lebih baik daripada perkiraan. Bahkan, ada kemungkinan, kenaikan bunga tak dilakukan di kuartal pertama 2015, tapi di akhir 2014.

Ini jelas harus menjadi lampu kuning bagi pemerintah baru 2014-2019 Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebab, ada ancaman terjadi pembalikan dana-dana asing (hot money) dari pasar keuangan Indonesia.  Apalagi, dana-dana asing menguasai pasar portofolio Indonesia, baik di pasar saham maupun surat utang negara atau SUN. 

Hingga 22 September, dana asing di pasar SUN semisal sudah mencapai Rp 443,72 triliun atau 37,02% dari total dana yang ada di SUN. Meski sepanjang Agustus sampai September, dana asing keluar, namun bila dihitung sejak awal tahun tahun, net buy asing masih tinggi yakni Rp 52,59 triliun.

Bila dana-dana panas ini serentak keluar (sudden reserval)  bisa membuat perekonomian kolaps. Apalagi, kondisi ini juga bersamaan dengan tren pelemahan rupiah serta harga komoditas andalan ekspor Indonesia yang turun hingga beban utang luar negeri pemerintah yang kini mencapai 40% dari total uang pemerintah.  

"Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus pemerintah baru," tandas  Menteri Keuangan Chatib Basri, Rabu (23/9). Apalagi, hingga saat ini, Indonesia belum memiliki jaring pengaman sistem keuangan atau JPSK. Padahal, UU ini bisa jadi payung hukum untuk menghindari krisis. 

Chatib menyarankan agar pemerintah baru bersiaga menghadapi ancaman pembalikan hot money. Sejumlah bantalan harus disiapkan.

Pertama, pemerintah harus memperbaiki fundamental ekonomi dengan  memperbaiki defisit neraca dagang dan transaksi berjalan.  
Kedua, lewat bond stabilization framework, pemerintah bisa membeli kembali (buy back) SUN yang ditinggalkan asing dengan menggunakan dana anggaran,  meminta BUMN ikut membeli SUN hingga bisa memanfaatkan dana umat yakni Dana Haji dan Dana Jaminan Sosial untuk masuk ke SUN. 

Hitungan dia,  dana haji yang bisa masuk SUN bisa US$ 15 miliar. Adapun, dana jaminan sosial US$ 30 miliar hingga 2020. Dengan kurs rupiah saat ini, dana itu senilai lebih dari Rp 500 triliun. 

Namun, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti yakin hot money tak akan langsung keluar karena imbal hasil investasi di Indonesia masih tinggi. Apalagi, "Jika pemerintah baru mampu menjaga stabilitas makro, " tandas Destri.                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×