Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Kementerian Perindustrian terus mendorong upaya menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri saat ini melalui balai-balai di lingkungannya. Hal ini dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional.
Oleh karena itu, pemerintah giat menggandeng sektor swasta agar ikut berkontribusi memajukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada sektor manufaktur. Jumlah unit litbang di Kemenperin saat ini mencapai 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri.
“Salah satu langkah strategis yang dapat dilaksanakan adalah melalui kerja sama dengan swasta supaya bisa mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility atau CSR-nya untuk keperluan riset di dalam negeri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu (6/9).
Menurut Ngakan, upaya tersebut menjadi solusi karena alokasi untuk kegiatan litbang yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya sekitar 0,08% dari total APBN setiap tahunnya. Sedangkan, negara tetangga seperti Malaysia sudah mengalokasikan sebesar 1,26% dan Singapura mencapai 2,20% dari PDB.
“Minimnya anggaran litbang ternyata berpengaruh kepada menurunnya daya saing inovasi Indonesia secara umum,” tegasnya.
Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) yang tercatat dalam The Global Competitiveness Index 2016-2017 Rankings khususnya pada indeks kapasitas inovasi, Indonesia menempati urutan ke-46, di bawah Singapura yang berada di posisi ke-13 dan Malaysia peringkat ke-26.
Guna memperbaiki kondisi tersebut, Kemenperin berkomitmen terus memacu peran unit litbang yang dimilikinya agar gencar melakukan alih teknologi sebagai salah satu wujud nyata mendorong terjadinya pengembangan iptek di Tanah Air.
“Hingga saat ini, Balai Besar dan Baristand Industri di bawah unit BPPI telah menghasilkan 93 paten yang terdiiri dari 82 paten dan 11 paten sederhana,” ungkap Ngakan.
Dari keseluruhan hasil litbang tersebut, baik yang sudah maupun belum dipatenkan telah diterapkan oleh industri, seperti kertas kemasan baja, peredam suara dari limbah tekstil, alat pembuat kacang goyang, rekayasa alat pengganti kuas pengoles sambal keripik sanjai, dan lainnya.
Dia menambahkan, kolaborasi antara litbang dan pelaku industri harus terus ditingkatkan baik di level pabrikan besar maupun di tingkat pebisnis skala kecil dan menengah. “Dengan kolaborasi itu akan mendapatkan dana penelitian sekaligus peluang untuk berakselerasi lebih cepat,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News