kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Tiga ancaman ekonomi Indonesia versi KEN


Senin, 10 Desember 2012 / 11:19 WIB
Tiga ancaman ekonomi Indonesia versi KEN
ILUSTRASI. Paus Fransiskus memimpin misa memperingati Hari Orang Miskin Gereja Katolik Roma Sedunia di St. Peter Basilica di Vatikan, Minggu (15/11/2020).


Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Edy Can


JAKARTA. Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan tidak setinggi target pemerintah sebesar 6,8%. KEN memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% hingga 6,6%. "Kami lebih realitis," katanya, dalam acara Komite Ekonomi Nasional: Prospek Ekonomi Indonesia 2013' di Jakarta, Senin (10/12).

Chairul Tanjung beralasan perekonomian global belum akan membaik pada tahun depan. Dia menyebutkan ada tiga ancaman utama bagi perekonomian Indonesia.

Tiga hal tersebut yakni, Pertama, krisis Eropa yang berpeluang memburuk tajam karena tekanan politik yang dialami oleh pemimpin di Eropa. Menurutnya, tekanan ini bersumber dari tekanan sosial masyarakat sebagai akibat dari dampak pengetatan fiskal yang terpaksa dilakukan karena mengalami defisit dan tingkat utang yang besar.

Menurut Chairul Tanjung, hal tersebut berdampak negatif terhadap aliran modal karena para investor yang cenderung mencari safe heaven juga dapat memperlemah permintaan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap komoditi ekspor.

Kedua, kegagalan para politisi di Amerika Serikat dalam mengatasi jurang fiskal mengakibatkan pengetatan fiskal secara masif sebesar US$ 600 miliar yang dapat menyebabkan resesi. Menurutnya, hal tersebut berdampak terhadap perlambatan pemulihan ekonomi dunia dan berdampak negatif pada kinerja ekspor Indonesia.

Ketiga, intensifikasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah menyebabkan kenaikan harga minyak. Menurutnya, melonjaknya keterangan berdampak terhadap kenaikan subsidi dan bujet defisit, serta dapat merambat terhadap kepercayaan investor terhadap pengelolaan bujet pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×