kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Tahun ini, target penyerapan beras Bulog lebih rendah


Rabu, 02 Februari 2011 / 15:23 WIB
Tahun ini, target penyerapan beras Bulog lebih rendah
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo


Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemerintah menargetkan Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) bisa menyerap tiga juta ton beras tahun ini. Target ini lebih rendah ketimbang tahun lalu yang sebesar 3,5 juta ton.

Untuk mengejar target tersebut, Menteri Pertanian Suswono berharap Bulog bisa menjalankan fungsi komersialnya sehingga tidak terpatok pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan kualitas gabah petani. Hal ini bercermin pada pengalaman tahun lalu.

Ketika itu, Bulog gagal memenuhi target penyerapan beras. Bulog hanya berhasil menyerap beras 50% dari target sehingga menyebabkan stok beras sangat tipis. "Saat panen raya kualitas gabah di bawah standar yang ditetapkan, sementara pada saat kualitas gabah bagus harganya di atas HPP, sehingga tidak bisa dibeli Bulog," jelasnya, Rabu (2/2).

Denga stok yang tipis, Suswono mengatakan, pemerintah tidak bisa melakukan operasi beras untuk menahan gejolak harga. Alhasil, pemerintah terpaksa mengimpor beras.

Tidak mengandalkan Bulog

Pemerintah tidak mengandalkan Bulog semata untuk menjaga pasokan beras. Rencananya, Kementerian Pertanian juga akan memberikan alat pengering gabah agar kualitas yang dihasilkan bagus. Kementerian Pertanian berjanji memberikan 1.000 unit alat pengering kepada petani yang berada di daerah-daerah sentra produksi padi.

Kementerian Pertanian juga akan memberikan bibit yang tahan terhadap perubahan iklim. Menurut Suswono mengatakan, selama ini pemerintah sudah menggunakan tiga jenis bibit.

Ketiganya adalah inpara yang tahan terhadap genangan air, inpago yang cocok untuk di daerah kering, dan bibit inpari 13 yang tahan hama wereng. “Itu salah satu upaya kami untuk adaptasi terhadap perubahan iklim sehingga tidak ada lahan yang tidak bisa ditanam karena sudah ada varietas yg cocok,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×