kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Tahun ini, ekspor hanya akan tumbuh 8,2%


Rabu, 23 Februari 2011 / 08:50 WIB
Tahun ini, ekspor hanya akan tumbuh 8,2%
ILUSTRASI. Pasar obligasi global atau global bond diprediksi bakal ramai diserbu perusahaan di akhir tahun.


Reporter: Rika Theo, Irma Yani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah tak menentukan target ekspor yang muluk tahun ini, bahkan targetnya jauh lebih rendah daripada pencapaian tahun lalu. Pemerintah melihat ekspor tahun ini takkan tumbuh sepesat tahun lalu karena bersaing dengan negara-negara yang telah pulih dari krisis.

Jika tahun lalu ekspor tumbuh dua digit hingga 14,9%, maka tahun ini pemerintah berharap pertumbuhannya minimal 8,2%. "Lebih kecil karena makin kompetitif,” ucap Sidqy Suyitno, Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Selasa (22/2). Isu persaingan perdagangan global ini, imbuhnya, harus diperhatikan meski ekspor Indonesia masih cukup baik.

Meski tak setinggi tahun lalu, Sidqy mengatakan angka 8,2% itu tak terlalu rendah. "Masih mungkin lebih tinggi. Sebab, Indonesia masih mencari pasar atau market baru," imbuhnya.

Sedangkan untuk impor, pemerintah akan berupaya agar impor tidak lebih tinggi dibanding ekspor. Minimal, antara ekspor dan impor bisa seimbang. Menurutnya, impor barang yang masuk ke Indonesia, selama tidak didominasi bahan pokok, akan mendorong produktivitas.

Di samping itu, melejitnya harga komoditas dan energi tahun ini akan menguntungkan karena akan mendongkrak pendapatan ekspor Indonesia yang mengandalkan bahan mentah seperti batubara dan kelapa sawit. “Saya kira kenaikan harga komoditas yang akan mendorong ekspor kita,” kata Sidqy.

Faktor rupiah

Pengamat ekonomi Indef Ahmad Erani Yustika memperkirakan pertumbuhan ekspor akan melebihi 8,2% jika melihat peningkatan harga komoditi dunia hingga sekarang. Lagi pula, dengan pasar yang semakin terbuka, permintaan semakin besar. "Saya rasa kalaupun jatuh tidak akan di bawah 10%,” jelasnya.

Ia bahkan memperkirakan skenario paling optimistis, ekspor 2011 bakal melesat hingga 16%. Ia melihat peluang ekspor tahun ini lebih besar dibandingkan 2010, sebab perekonomian global tumbuh lebih bagus. "Momentum puncak-puncak pertumbuhan ekonomi akan terjadi di 2011-2013," ujarnya.

Sebaliknya, Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandhi menganggap prediksi 8,2% itu wajar. Ada tiga faktor penyebab. Pertama, nilai tukar rupiah yang kini cenderung menguat. Kedua, ekspor terutama migas ke sejumlah negara akan turun karena mereka mengerem ekonomi akibat gejolak inflasi. Contohnya, China.

Ketiga, base effect. Penghitungan ekspor tahun ini dilakukan terhadap nilai ekspor kita tahun lalu yang sudah tinggi, sehingga pertumbuhannya tak banyak.

Biar begitu, Eric pun melihat naiknya harga komoditas membantu ekspor, terutama LNG, batubara, dan crude palm oil (CPO). "Rata-rata harga minyak kita itu US$ 10 lebih tinggi dari harga minyak WTI Nymex. Jadi ekspor minyak dan turunannya bakal menguntungkan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×