kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Susun Raodmap Perluasan Hilirisasi, Bahlil: Bisa Berdampak ke Penerimaan Negara


Rabu, 18 Januari 2023 / 17:22 WIB
Susun Raodmap Perluasan Hilirisasi, Bahlil: Bisa Berdampak ke Penerimaan Negara
ILUSTRASI. Pemerintah tengah menyiapkan strategi hilirisasi untuk membidik target pertumbuhan ekonomi tahun 2023.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menyiapkan strategi dalam membidik target pertumbuhan ekonomi tahun 2023. 

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut, strategi tersebut adalah hilirisasi. Menurutnya, dengan hilirisasi, investasi makin moncer dan akan memperkuat otot pertumbuhan ekonomi. 

"Kami akan fokus hilirisasi. Tidak ada cara lain untuk mendongkrak investasi dan ciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan dorong Indonesia jadi negara maju," tutur Bahlil dalam konferensi pers, Selasa (17/1) di Davos, Swiss. 

Baca Juga: Pemerintah Klaim Realisasi Investasi Tahun 2022 Lebih dari Rp 1.200 Triliun

Bahlil mengatakan, pemerintah saat ini sudah memiliki peta jalan hilirisasi investasi strategis yang terdiri dari 8 sektor prioritas dan mencakup 21 komoditas. 

Kedelapan sektor prioritas tersebut digadang mampu menciptakan peluang investasi sebesar US$ 545,3 miliar hingga tahun 2035.

Ini terdiri dari sektor mineral dan batubara dengan total investasi diperkirakan mencapai US$ 427,1 miliar hingga tahun 2035. 

Kemudian sektor minyak dan gas bumi dengan peluang investasi diperkirakan mencapai US$ 67,6 miliar hingga tahun 2035. 

Kemudian ada sektor perkebunan, kelautan, perikanan, dan perhutanan dengan peluang investasi diyakini mencapai US$ 50,6 miliar hingga tahun 2035. 

Baca Juga: Banjir Investasi Asing di Proyek Nikel Indonesia

Nah, dari dokumen yang diterima Kontan.co.id, kedelapan sektor ini mencakup 21 komoditas, yaitu batubara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi dan baja, emas. 

Kemudian aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam. 

"Kami tidak ingin berakhir hilirisasi di nikel saja. Bila komoditas-komoditas ini dihilirisasi, maka juga akan berdampak pada penerimaan negara dan peningkatan neraca perdagangan," tandas Bahlil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×