Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perdagangan barang masih untung pada dua bulan pertama kuartal III 2021. Setelah pada Juli 2021, neraca perdagangan mencetak surplus US$ 2,60 miliar, neraca dagang Agustus 2021 kembali mencatat surplus.
Tak tanggung-tanggung, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, surplus neraca perdagangan Agustus 2021 sebesar US$ 4,74 miliar, dan bahkan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, surplus neraca perdagangan Juli 2021 dan jumbonya surplus pada Agustus 2021 berpotensi membawa defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal III-2021 mengecil dari kuartal II-2021.
“Berpotensi defisit rendah, menyusut dari realisasi CAD pada kuartal II 2021 yang sebesar 0,77% PDB. Mungkin di kisaran 0,5% PDB hingga 0,2% PDB,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9).
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Rekor, IHSG Berpeluang Rebound
Namun, Faisal menegaskan bahwa prediksinya masih bisa berubah, tergantung dengan perkembangan data ke depan. Apalagi, masih ada bulan September 2021 yang masih belum usai.
Masih defisitnya neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2021 ini dengan asumsi surplus neraca perdagangan September 2021 yang akan menyusut.
Apalagi, dengan mulai bergeliatnya kegiatan ekonomi pasca pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dan 4.
“Kemungkinan kondisi ini akan meningkatkan impor. Sehingga, surplus sampai dengan lebih dari US$ 4 miliar kemungkinan kecil akan terulang di September 2021,” tambah Faisal.
Selain itu, dari sisi neraca pendapatan primer juga diperkirakan masih akan mengalami defisit sesuai degan pola musiman, yaitu adanya pembayaran dividen pada periode ini.
Baca Juga: Kinerja impor pada bulan lalu tersulut pelonggaran PPKM
Lebih lanjut, untuk keseluruhan tahun 2021, Faisal memperkirakan CAD pada akhir tahun bergerak di kisaran 1,06% PDB. Meski lebih lebar dari capaian pada tahun 2020, tetapi CAD ini masih lebih rendah dari rata-rata 5 tahun yang di level 2,2% PDB.
Rendahnya CAD ini masih tetap mendukung keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), di tengah kuatnya cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Selanjutnya: Mendag akui terjadi ketidakseimbangan dalam industri perunggasan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News