kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi pemerintah hadapi gejolak ekonomi global


Rabu, 04 Maret 2015 / 18:09 WIB
Strategi pemerintah hadapi gejolak ekonomi global
ILUSTRASI. Ikan Geprek Krispi Sambal Bawang, hidangan ikan berbalut tepung yang digoreng hingga krispi & digeprek. Dilengkapi dengan sambal bawang super pedas


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Mesti Sinaga

JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi perhatian serius pada kondisi perekonomian global, yang masih bergejolak. Terutama kondisi ekonomi Eropa dan nenurunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi China.

Melihat perkembangan ekonomi global, Presiden Jokowi meminta para menteri fokus menjaga kondisi ekonomi dalam negeri. Misalnya, laju inflasi harus ditekan sekuat mungkin agar fluktuasi harga tidak terlalu menekan daya masyarakat.

Masyarakat merupakan faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama jika daya belinya tetap terjaga. Jika daya beli masyarakat tetap kuat, maka ketahanan ekonomi dalam negeri bisa tetap terjaga meskipun ekonomi  global tengah bergejolak.

Menteri Koordinator (Menko) bidang perekonomian Sofyan Djalil menambahkan, pemerintah akan menjalankan sejumlah strategi  untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik. Tidak hanya menjaga inflasi, pemerintah juga akan berusaha menekan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan supaya bisa di bawah 3% tahun ini.

Dengan begitu, maka nilai tukar rupiah akan kembali mendapat tenaga baru untuk menguat. Seperti kita ketahui, belakangan ini nilai tukar mata uang garuda terus tertekan, salah satunya karena dollar  Amerika Serikat (AS) menguat dibandingkan seluruh mata uang dunia.

Strategi pemerintah yang, melakukan koordinasi antar lembaga, seperti Bank Indonesia, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam forum Komunikasi Stabilitas Sistim Keuangan (FKSSK).

"Komunikasi dilakukan untuk memperbarui data dan perkembangan global," ujar Sofyan.

Bahkan, kini komunikasi tidak hanya dilakukan dalam FKSSK. Jokowi juga sering melakukan pertemuan dengan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Tujuannya, supaya kebijakan pemerintah bersinergi dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan BI.

Dari sisi moneter, pemerintah dan BI harus menjaganya dalam porsi yang tepat. Tidak terlalu longgar,  tapi juga tidak terlalu kencang.

Agus Marto Wardojo, dalam sebuah kesempatan usai bertemu Jokowi, mengatakan secara fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik. Yang perlu dipastikan adalah realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P) 2015.

Jika realisasi anggaran, terutama hasil realokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM), tepat sasaran, maka fundamental ekonomi Indonesia akan lebih baik.

Agus optimistis, tahun ini Indonesia lebih siap menghadapi ancaman gejolak ekonomi global, termasuk rencana normalisasi dari Bank Sentral Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×