kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Siap Relokasi Investasi ke Indonesia, 15 Investor Taiwan Minta Pemerintah Penuhi Ini


Jumat, 01 November 2024 / 18:20 WIB
Siap Relokasi Investasi ke Indonesia, 15 Investor Taiwan Minta Pemerintah Penuhi Ini
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sekitar 15 investor Taiwan berniat merelokasi pabriknya ke Indonesia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sekitar 15 investor Taiwan berniat merelokasi pabriknya ke Indonesia.

Namun, 15 investor asing tersebut meminta beberapa persyaratan yang harus dipenuhi Pemerintah Indonesia.

"Tadi Asosiasi Tekstil Taiwan datang dan mereka menyatakan punya keinginan untuk investasi di Indonesia, karena beberapa dari mereka sudah investasi di Indonesia, di daerah Purwakarta," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada awak media di Jakarta, Jumat (1/11).

Pertama, investor asing tersebut meminta agar pembelian tanah bisa dilakukan lebih mudah. Dalam hal ini, Airlangga menawarkan investor tersebut untuk masuk ke kawasan industri.

"Tadi saya arahkan mereka untuk masuk kawasan, karena kalau keluar kawasan mereka amdalnya lama. Dan juga dua sampai tiga tahun hanya pematangan lahan. Tetapi kalau masuk kawasan itu akan menjadi mudah, karena semuanya sudah selesai, baik amdal maupun lahan," kata Airlangga.

Baca Juga: Menko Airlangga: 15 Investor Asing Jajaki Industri Tekstil Indonesia

Kedua, 15 investor tersebut meminta agar sumber energi hijau bisa tersedia di Indonesia. Mengingat saat ini, pengunaan energi hijau yang kini menjadi tuntutan global terutama di industri tekstil kelas atas.

Dalam hal ini, Airlangga memastikan bahwa sumber energi hijau di dalam negeri sudah tersedia.

"Di dalam ESG compliance itu energinya hijau. Energi hijau kan bisa dari gas, bisa dari hydro, bisa dari solar floating, di mana itu di Jawa Barat semuanya tersedia," terang Airlangga.

Ketiga, 15 investor yang menemui Airlangga juga meminta agar harga gas yang dipakai bisa mendapatkan harga yang kompetitif untuk mendukung operasional mereka. Pasalnya, para investor tersebut mengeluh tingginya harga gas yang bisa mencapai  US$ 12 per MMBTU.

"Saya katakan kalau harganya US$ 9 per MMBTU, itu rata-rata industri dapat segitu. Jadi kalau mereka dapat di atas itu, mereka mesti sampaikan ke pemerintah, nanti pemerintah panggil-lah PGN atau siapa," jelasnya.

Dan keempat, para investor tersebut ingin mendapatkan pasar yang menguntungkan. Mereka menyebut bahwa saat ini keuntungan terbesar diperoleh melalui investasi di China dan Vietnam, terutama karena Vietnam memiliki perjanjian dagang European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUE-CEPA) dan Comprehensive and Progresive Trans-Pasific Partnership Agreement (CPTPP).

Oleh karena itu, mereka ingin Indonesia bisa melakukan percepatan penyelesaian IUE-CEPA dan CPTPP.

"Itu komit kalau Indonesia bisa mendapatkan IUE-CEPA, itu mereka akan relokasi bahkan dari Vietnam ke Indonesia," ujar Airlangga.

Baca Juga: Airlangga Pastikan Pemerintah akan Patuhi Keputusan MK soal UU Cipta Kerja

Airlangga menyinggung, sebenarnya para investor juga melirik pasar Bangladesh, namun dikarenakan kondisi politik yang bergejolak maka 15 investor Taiwan tersebut mencari pasar lain seperti Vietnam, Indonesia dan Thailand.

"Mereka melihat kita punya domestic market. Jadi itu yang lebih menarik buat mereka. Jadi itu PR-PR yang harus diselesaikan," terang Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×