kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.099   143,00   0,94%
  • IDX 7.794   -111,67   -1,41%
  • KOMPAS100 1.202   -5,62   -0,47%
  • LQ45 979   -0,78   -0,08%
  • ISSI 228   -1,49   -0,65%
  • IDX30 500   0,49   0,10%
  • IDXHIDIV20 603   1,47   0,24%
  • IDX80 137   -0,12   -0,09%
  • IDXV30 141   0,23   0,17%
  • IDXQ30 168   0,49   0,29%

Siaga 2,7 juta kapsul anti flu burung


Rabu, 01 Mei 2013 / 07:48 WIB
ILUSTRASI. Orang-orang yang memakai masker berjalan-jalan di tengah pandemi Covid-19) di Hanriver Park di Seoul, Korea Selatan, 21 Februari 2021. REUTERS/Kim Hong-Ji.


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Virus flu burung  tipe baru yakni H7N9 yang lebih mematikan dari jenis sebelumnya kembali mengancam dunia. Hingga kemarin, H7N9 sudah menginfeksi 126 orang di China dan 24 orang diantaranya tewas.

Indonesia mengklaim akan serius mengantisipasi kemungkinan virus flu burung yang sudah menyebar ke Taiwan itu agar tak sampai ke tanah air. Selain mempertimbangkan untuk mengeluarkan peringatan bepergian alias travel warning dari dan ke China, Kementerian Kesehatan mengantisipasi penyebaran flu burung dengan menyiapkan 2,6 juta kapsul antivirus Oseltamivir atau Tamiflu.

Andi Muhadir, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kemkes menjelaskan, kapsul Oseltamivir berfungsi untuk menghambat  perkembangan virus flu burung. Hanya saja, untuk flu burung strain baru yang tengah mewabah di China, pemerintah sama sekali belum memproduksi vaksin khusus H7N9. "Produksi vaksin H7N9 belum diperlukan karena belum terbukti H7N9 menyebar dari manusia ke manusia seperti yang terjadi pada H5N1," katanya, Selasa (30/4).

Menurut Andi, Oseltamivir akan diberikan kepada warga mereka yang memiliki gejala-gejala terjangkit virus flu burung seperti demam, batuk-batuk, sesak nafas, dan terutama pernah kontak dengan unggas.

Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kemtan) Haryono memastikan dari hasil penelitian virus H7N9 belum terindikasi pada unggas di Indonesia. "Namun,  tingginya lalu lintas manusia dan perdagangan dengan China, maka kewaspadaan mutlak dibutuhkan," tandasnya.
Makanya, saat ini Litbang Kemtan terus melakukan riset terhadap virus-virus baru dengan dukungan Laboratoriun Biosafety Level-3. Selain itu, Kemtan sudah melarang impor seluruh unggas dan produk unggas dari China.

Meski begitu, Ketua Komite Nasional Pengendalian Zoonosis Kementerian Koordinatir Bidang Kesejahteraan Rakyat Emil Agustiono menyatakan kekhawatiran atas ketidaksiapan daerah dalam menanggulangi flu burung. "Hanya 15% dari total pemerintah kabupaten dan kota yang siap mengendalikan virus zoonosis," ungkapnya.

Sebab itu, pemerintah pusat harus memperkuat kemampuan daerah dalam penanganan flu burung, agar tidak kaget saat flu menyerang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×