kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SBY: Dulu untuk menyelamatkan fiskal kita, harga BBM harus dinaikkan beberapa kali


Selasa, 18 September 2018 / 07:20 WIB
SBY: Dulu untuk menyelamatkan fiskal kita, harga BBM harus dinaikkan beberapa kali
ILUSTRASI.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menilai ekonomi Indonesia saat ini tengah mengalami tantangan dari luar. Beberapa tantangan itu adalah terjadinya pelemahan rupiah yang tajam, serta kenaikan harga minyak dunia.

"Sebagian pihak mengatakan bahwa faktor eksternal inilah yang menjadi biang keladi melemahnya ekonomi kita. Namun, sebenarnya, faktor eksternal yang berdampak pada ekonomi kita bukanlah hal yang baru bagi Indonesia," kata SBY saat menyampaikan pidato politik memperingati 17 Tahun Partai Demokrat di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (17/9).

SBY mengatakan, selama 10 tahun memimpin Indonesia, ia juga kerap menghadapi tekanan ekonomi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Tahun 2005, tahun 2008 dan tahun 2013, Indonesia menghadapi meroketnya harga minyak dunia. Tahun 2008 – 2009, Indonesia juga menghadapi krisis perekonomian global.

"Saya masih ingat, untuk menyelamatkan fiskal kita dari meroketnya harga minyak, harga BBM harus beberapa kali dinaikkan," kata Presiden keenam RI ini.

Menurut SBY, menaikkan harga BBM adalah keputusan yang sulit dan tidak populer secara sosial dan politik. Bagi seorang presiden, ini juga mendatangkan risiko tersendiri, seperti yang ia alami ketika harus menaikkan harga BBM pada tahun 2008, beberapa bulan sebelum Pemilihan Presiden dilaksanakan.

"Alhamdulillah, setelah kebijakan menaikkan harga BBM diambil, ekonomi kita selamat. Jadi, sebesar apapun faktor eksternal, selalu ada solusinya," kata dia.

Demikian juga ketika Indonesia mendapatkan pukulan dan tekanan dari krisis ekonomi global 2008. Saat itu, kata SBY, publik takut kalau nasib Indonesia sama dengan krisis yang terjadi 10 tahun sebelumnya. Tanda-tanda kepanikan juga sudah muncul.

Namun, karena antisipasi yang cepat dan tepat, serta kebersamaan seluruh elemen bangsa untuk mengatasi krisis itu, ekonomi bisa selamat. "Saya mengatakan bahwa faktor kepemimpinan, manajemen krisis dan kebersamaan kita juga merupakan kunci keberhasilan," ujarnya. (Ihsanuddin)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Singgung Pelemahan Rupiah, SBY Bandingkan dengan Pemerintahannya Dulu"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×