Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini (13/3) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI rate di level 7,50%. Bank sentral juga mempertahankan besaran suku bunga lending facility di level 7,50% dan deposit facility di level 5,75%.
Kebijakan itu diapresiasi oleh Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Anthonius Tony Prasetiantono. Ia menilai, ada kemungkinan bank sentral menurunkan BI rate pada bulan depan. "Jika indikator makronya memungkinkan, terbuka peluang menurunkannya (BI rate) bulan depan," kata Tony melalui pesan singkat pada Kamis (13/3).
Penguatan rupiah dan peningkatan cadangan devisa, hingga saat ini dinilainya aman. Namun menurut Tony, jika nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) terlalu kuat, misalnya menembus ke bawah Rp 11.000, maka bank sentral harus segera mengendalikan dengan cara menurunkan BI rate.
"Bulan depan, dengan asumsi rupiah menguat mendekati Rp 11.000, maka BI bisa mulai menurunkan BI rate," jelasnya. Penurunan BI rate, kata Tony, baiknya dilakukan secara bertahap.
Pada April dan Mei, bank sentral bisa menurunkan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps), sehingga posisi tingkat suku bunga acuan pada Mei di level 7%. "Turun pelan-pelan, cukup 25 bps. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan observasi, baru kemudian diturunkan lagi 25 bps bulan berikutnya jika situasi aman. Jangan terburu-buru. Cermati segala sesuatunya dulu," ujar Tony.
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih menilai, bank sentral sebaiknya tetap mempertahankan besaran suku bunga acuan di level 7,50% sampai kuartal III-2014 mendatang. Hal ini lantaran, jika BI menurunkan BI rate, kondisi itu akan menjadi boomerang.
Sebab, kuartal II-2014 nanti, Indonesia akan mulai agenda politiknya. Selain itu, pada pertengahan tahun, terdapat agenda puasa dan hari raya Lebaran pada Juli. Kondisi ini tentu mempengaruhi tingginya angka importasi Indonesia.
Jika tingkat suku bunga acuan diturunkan pada kuartal II-2014 ini, maka dapat menjadi boomerang lantaran impor kemungkinan tidak dapat dikendalikan. Sementara itu, jika BI menaikkan BI rate, kondisi tersebut justru akan menambah beban perekonomian nasional karena bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat.
"BI rate mungkin bisa ditahan sampai kuartal III-2014 mendatang. Potensi BI rate naik mungkin ada, tapi sepertinya level 7,50% akan ditahan sampai kuartal III-2014. BI rate bisa naik setelah itu atau kurtal IV-2014, sebagai antisipasi kenaikan tingkat suku bunga yang akan dinaikkan oleh The Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) pada 2015 mendatang. Asal tidak ada gangguan lain-lain seperti kenaikan BBM tahun ini," jelas Lana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News