kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ruhut: Yang minta Jokowi jadi Capres itu sakit


Senin, 02 Desember 2013 / 09:35 WIB
Ruhut: Yang minta Jokowi jadi Capres itu sakit
ILUSTRASI. Sejumlah truk pengangkut peti kemas melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (16/12/2021). BPS catat neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 5,09 miliar pada bulan Juni 2022. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul kembali melayangkan kritik atas survei yang menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden. Kali ini, ia mengkritik dan tak memercayai survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menunjukkan adanya pergeseran dukungan 42,7 persen basis massa Partai Demokrat kepada Jokowi.

"Jokowi itu baru setahun jadi Gubernur sudah dibilang mau jadi capres. Orang sakit namanya yang minta Jokowi jadi capres. Kami yakin, peserta konvensi Demokrat bisa kalahkan Jokowi," ujar Ruhut, Senin (2/12/2013), saat dihubungi dari Jakarta.

Menurut Ruhut, Jokowi hanya unggul dari sisi popularitas. Secara kinerja, politisi PDI Perjuangan itu dianggapnya belum terbukti. Jika menjadi presiden, kata Ruhut, maka Jokowi akan mudah digoyang.

"Mau kita setiap tahun ganti presiden?" ujar Ruhut.

Anggota Komisi III DPR ini meyakini, basis massa Partai Demokrat tidak akan mengalihkan dukungannya. Partai Demokrat, sebut Ruhut, sudah mempersiapkan strategi untuk menjaga massa pendukungnya.

"Caranya, itu rahasia perusahaan," ucap Ruhut.

Selain meragukan kemampuan Jokowi, Ruhut juga yakin bahwa peserta Konvensi Capres Partai Demokrat bisa melibas Jokowi.

"Dia adalah Pramono Edhie Wibowo. Kalah itu Jokowi sama dia (Pramono Edhie)," kata Ruhut.

Ia mengungkapkan, Pramono Edhie memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan Jokowi. Salah satunya adalah latar belakang Pramono yang berasal dari militer.

"Rakyat masih cinta TNI, Bos," ujar Ruhut percaya diri.

Beralih ke Jokowi

Dalam survei yang dirilis CSIS, pendukung terbesar Jokowi masih datang dari massa PDI-P. Sebanyak 63,6 persen massa PDI-P mendukung Jokowi sebagai capres. Dukungan lain datang dari Partai Demokrat. Sebanyak 42,7 persen massa pendukung partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu memilih Jokowi sebagai presiden.

Massa pendukung Partai Golkar, menurut CSIS, tak seluruhnya mendukung Aburizal Bakrie alias Ical sebagai capres. Sebanyak 22,7 persen massa Partai Golkar memilih mendukung Jokowi.

Begitu pula dengan massa Partai Gerindra. Sebanyak 20,6 persen massa pendukung Gerindra lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo Subianto.

Dalam survei ini, elektabilitas Jokowi juga berada di tingkat teratas dengan 34,7 persen. Capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, satu tingkat di bawah Jokowi dengan perolehan suara yang relatif jauh di angka 10,7 persen. Capres Partai Golkar, Aburizal Bakrie alias Ical, berada tipis di bawah Prabowo dengan angka 9 persen.

Adapun capres dari Partai Hanura, Wiranto, berada di posisi keempat dengan angka 4,6 persen. Tokoh lainnya adalah mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (3,7 persen), mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri (3,3 persen), Mahfud MD (1,8 persen), dan Hatta Rajasa (0,6 persen). Sementara itu, responden yang belum menentukan calon pemimpinnya mencapai 22,8 persen. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×