kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Riset PKJS UI temukan dana bantuan sosial untuk beli rokok


Selasa, 02 Juli 2019 / 11:22 WIB
Riset PKJS UI temukan dana bantuan sosial untuk beli rokok


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan bisa menjadi senjata makan tuan. Program bantuan sosial dalam bentuk tunai itu berpotensi digunakan bukan untuk penggunaan semestinya. Hal ini terungkap dalam hasil riset yang dilakukan oleh Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia (UI).

Studi PKSJ UI tersebut menunjukkan, bahwa penerima bantuan sosial berkorelasi positif dengan perilaku merokok. Efek tertinggi terjadi pada penerima bantuan tunai Program Keluarga Harapan (PKH).

“Distribusi PKH yang diberikan secara tunai justru meningkatkan pendapatan penerima bantuan sosial untuk membeli rokok,” kata Teguh Dartanto, Ketua Peneliti PKJS-UI.

Dalam riset dijelaskan, penerima bantuan sosial memiliki kecenderungan merokok lebih tinggi jika dibandingkan dengan bukan penerima bansos. “Penerima PKH memiliki peluang 11% poin lebih tinggi untuk merokok jika dibandingkan bukan penerima PKH,” kata Teguh.

Hasil studi lainnya yang dilakukan oleh PKJS adalah, rumah tangga yang menerima bantuan sosial cenderung memiliki konsumsi batang rokok lebih tinggi. Dengan temuan ini, ada potensi dana PKH yang diambilkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) justru mengalir untuk pembelian rokok. Padahal, dana PKH diperuntukkan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Renny Nurhasana, Manajer Program Pengendalian tembakau dan peneliti PKJS-UI menambahkan, temuan ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan pengendalian dari konsumsi rokok.

“Target mendapatkan sumberdaya berkualitas di masa depan akan turun jika dana bantuan sosial digunakan bukan untuk kepentingan utama,” kata Renny. Untuk itu, Renny merekomendasikan agar pemerintah fokus dalam menurunkan prevalensi merokok salah satunya dengan menaikkan cukai rokok.

Terkait temuan ini, Teguh menyarankan adanya pemberian insentif dan insentif atas perilaku merokok Terkait temuan ini, teguh menyarankan adanya pemberian insentif dan insentif atas perilaku merokok terutama untuk penerima bantuan sosial generasi muda seperti Program Indonesia Pintar dan PKH.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×