Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Kebijkan Fiskal dan Makro Ekonomi Masyita Crystallin mengatakan, reformasi struktural diperlukan dalam rangka mengubah fundamental ekonomi Indonesia agar sisi penawaran dan sisi permintaan meningkat, dan ekonomi dapat tumbuh di atas potensial.
“Dengan pandemi Covid-19, pertumbuhan potensial Indonesia, dan banyak negara lainnya mengalami penurunan. Sisi permintaan dan sisi penawaran perlu terus di dorong untuk menjaga agar perekonomian tidak mengalami kontraksi yang terlalu besar dan lama,” ujar Masyita kepada Kontan.co.id, Senin (17/8).
Sebelum wabah Covid-19, pertumbuhan potensial Indonesia berada di kisaran 5%. Hal ini dipengaruhi beberapa hal seperti produktivitas dan nilai tambah (value added) yang belum memadai. Perekonomian Indonesia, berdasarkan data, masih bergantung pada sektor komoditas, industri dan jasa yang memiliki nilai tambah rendah.
Baca Juga: Jokowi senang Pertamina produksi bahan bakar 100% sawit, Pertamina: Kado HUT RI Ke-75
Pemerintah memiliki visi untuk menjadi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045. Untuk mencapai cita- cita besar tersebut, pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan di atas potensial.
“Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas potensial dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian, sehingga dengan jumlah tenaga kerja yang sama, kita dapat menghasilkan lebih,” ungkap Masyita.
Sementara itu, menurutnya peningkatan daya saing dapat ditempuh melalui beberapa perbaikan struktural, salah satunya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Pengeluaran di bidang pendidikan sebetulnya cukup memadai, yaitu 20% dari APBN. Dengan penyerapan yang optimal, kebijakan ini dapat meningkatkan sumber daya manusia sehingga produktivitas tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dibandingkan dengan negara peers (negara dengan grade setara),” jelas Masyita.
Baca Juga: Eh, ada kabar baik, tren suku bunga KPR perbankan terus menurun, silakan cek di sini
Lebih lanjut, Masyita mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah kendala yang menghambat daya saing Indonesia, seperti biaya logistik yang cukup tinggi. Pembangunan infrastruktur yang telah digenjot beberapa tahun ke belakang, menurut Masyita dapat menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut ke depannya.
Selain itu, struktur ekonomi pun perlu diubah untuk menyasar sektor-sektor dengan nilai tambah tinggi. Hilirasi sektor pertambangan misalnya, telah mulai dilakukan pemerintah untuk meningkatkan value added di sektor ini.