CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.859   1,00   0,01%
  • IDX 7.158   -56,74   -0,79%
  • KOMPAS100 1.093   -9,86   -0,89%
  • LQ45 870   -5,35   -0,61%
  • ISSI 216   -2,13   -0,98%
  • IDX30 446   -1,95   -0,43%
  • IDXHIDIV20 540   0,13   0,02%
  • IDX80 125   -1,10   -0,87%
  • IDXV30 136   0,28   0,20%
  • IDXQ30 149   -0,34   -0,23%

Rating utang Indonesia naik, biaya bunga bisa turun 0,25%


Minggu, 15 April 2018 / 16:02 WIB
Rating utang Indonesia naik, biaya bunga bisa turun 0,25%
ILUSTRASI. Ilustrasi Rupiah


Reporter: Fauzan Zahid Abiduloh | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Per 13 April 2018 lalu, lembaga pemeringkat Moody's mengerek naik Sovereign Credit Rating Indonesia menjadi Baa2 dengan outlook stabil dari Baa3 dengan outlook positif. Kenaikan ini diharapkan dapat menambah arus dana asing ke Indonesia, baik lewat investasi langsung (foreign direct investment) maupun yang di atas kertas. 

Kenaikan rating oleh Moody's tersebut telah mengkonfirmasi rating iklim investasi Indonesia menjadi di atas investment grade. Ujungya, penerbit surat utang di Indonesia, baik pemerintah maupun korporasi bisa memangkas biaya bunga utang karena risiko lebih kecil. 

"Ini memang sudah sesuai dengan harapan, setelah di tahun lalu (19 Mei) Standard&Poor's menaikkan rating kita dari non-investment grade menjadi investment grade. Itu titik awal yang paling signifikan," kata David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA), Minggu (15/4).

Kenaikan ini dinilai akan mendorong arus modal lintas negara ke pasar obligasi pemerintah, juga obligasi swasta. "Setelah kenaikan ini, diharapkan akan berdatangan inflow dana asing berupa investasi asing langsung alias foreign direct investment (FDI)," tambahnya.

Untuk swasta, dana ini akan membantu ekspansi. Sedangkan FDI yang masuk ke kas negara bisa mendorong percepatan proyek infrastruktur.

Penurunan beban bunga

Kenaikan rating satu notch ini bisa menurunkan biaya bunga penerbit utang sebesar 25 basis poin atau 0,25%. Sebab, tingkat resiko berinvestasi menjadi tertekan.

"Emiten tidak lagi harus membayar imbal hasil yang tinggi karena ada penekanan tingkat resiko berinvestasi. Penurunannya paling tidak 25 basis poin, karena kenaikan rating satu tingkat dapat menurunkan biaya bunga sebesar itu," jelas Lana Soelistyaningsih, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI).

Kendati kenaikan ini nampaknya dapat memberi manfaat pada seluruh sektor, ada beberapa sektor yang akan merasakannya dengan segera. Diantaranya adalah multifinance dan perbankan sebab, mereka dapat lebih mudah saat mencari funding.

"Dua sektor itu akan lebih mudah dan murah saat meminjam valas, dengan begitu penyaluran kredit juga bisa membesar," kata Andry Asmoro, ekonomon PT Bank Mandiri Tbk.

Kendati begitu, ada beberapa hal yang harus disiapkan pemerintah guna memaksimalkan kenaikan rating ini.

Pemerintah harus segera menyiapkan proyek-proyek menarik dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

"Sejauh ini pemerintah sudah cukup baik mengelola kebijakan makroekonomi, seperti mempermudah fasilitas tax holiday. Selebihnya pemerintah hanya harus merapihkan 15 paket kebijakan ekonominya, sehingga iklim investasi kita kedepannya menjadi lebih baik," imbuh Haryadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Ketum APINDO).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×