kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi fluktuatif, pemerintah cari pasokan beras dari impor


Rabu, 16 November 2011 / 22:10 WIB
Produksi fluktuatif, pemerintah cari pasokan beras dari impor
ILUSTRASI. Petugas PLN Area Bulungan Distribusi Jakarta Raya melakukan penyambungan penambahan daya pelanggan 1.300 VA menjadi 2.200 VA di kawasan?Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (20/6). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perubahan iklim yang berlangsung beberapa tahun terakhir membuat produksi beras Indonesia naik turun tak menentu. Fluktuasi produksi ini membuat pemerintah perlu mencari cadangan beras dari luar negeri. Selain negara pemasok yang bertambah, komitmen penyediaan beras juga ikut ditambah.

Dalam kerja sama perdagangan beras dengan Vietnam misalnya , komitmen penyediaan beras untuk diekspor ke Indonesia telah ditingkatkan dari 1 juta ton per tahun menjadi 1,5 juta ton per tahun. Selain itu Indonesia juga menambah kerja sama dengan India untuk memenuhi kebutuhan beras.

“Dengan fluktuasi produksi, ke depan beras bisa menjadi masalah serius sehingga akan menjadi lebih baik jika kita menjalin kerja sama ini. Ini untuk mempermudah negosiasi ke depan jika kita membutuhkan beras,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ketika dihubungi KONTAN, Rabu(16/11).

Sutarto mengatakan, tahun ini, India menyanggupi menyediakan 1 juta ton beras dan Indonesia telah memiliki kontrak impor 250.000 ton beras dengan India. Namun, komitmen tersebut hanya berupa komitmen volume yang bisa mereka sediakan, bukan jumlah yang diserap Indonesia. Dia berjanji impor beras akan dilakukan dengan hati-hati agar tak sampai merugikan petani dan masyarakat.

Dia juga bilang, banyaknya pilihan negara penjual bisa membantu Indonesia mendapatkan beras dengan harga dan kualitas yang terbaik karena tidak tergantung kepada satu pihak saja.

Mantan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian ini mengungkapkan, untuk impor beras dari India, Bulog menggunakan skema business to business. “Soalnya, kalau government to government, mereka harus menggelar tender di dalam negeri, ini perlu waktu dan harganya akan lebih tinggi 10% dari harga pasar. Skema G to G ke dua, memang bisa lebih cepat tetapi kualitasnya broken 25% , lebih jelek daripada beras Bulog yang broken 20%,” kata Sutarto.

Beras impor asal India yang ditargetkan masuk mulai Desember 2011 ini memiliki kualitas patahan 10%. Tahun ini Bulog mendapat kuota impor beras sebanyak 1,6 juta ton untuk mempertahankan stok Bulog 1,5 juta ton. Dengan Angka Ramalan (Aram) III yang memperkirakan produksi beras 65,39 juta ton gabah kering giling (GKP) Sutarto sendiri enggan mengungkapkan apakah Bulog diberi tambahan kuota atau tidak.

“Jumlah impor ini rahasia, saya tidak mau ungkapkan kalau belum dapat barang, supaya kita bisa dapat barang terbaik harga terbaik. Ini untuk kepentingan bangsa,” kata Soetarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×