kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Presiden tegaskan jangan takut hadapi MEA


Senin, 27 April 2015 / 10:57 WIB
Presiden tegaskan jangan takut hadapi MEA
ILUSTRASI. Kurs Dollar-Rupiah di BRI Jelang Tengah Hari Ini Rabu 15 November 2023. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/18/09/2017


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KUALA LUMPUR. Presiden Joko Widodo menyatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA yang akan mulai berlaku pada 1 Januari 2016 tak bisa mundur lagi. Alasannya, semuanya sudah dibahas sejak 2003 silam.

"Ya, harus siap. Karena sudah tidak bisa mundur lagi. Pokoknya, harus siap. Namun, yang paling penting, menurut saya,  kita akan identifikasi dulu, dalam waktu yang sangat dekat ini," ujar Presiden Jokowi saat ditanya, semalam, seusai jamuan makan malam di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia, Minggu (26/4) tengah malam.

Menurut Presiden Jokowi,  identifikasi produk-produk tentunya yang mempunyai nilai saing tinggi dengan produk sejenis dari negara lain. "Selain itu, tentu  yang mempunyai daya saing, dan  bisa memasuki pasar di negara lain, dan bisa menyerang ke kanan kiri kita, ke negara ASEAN. Nah, itu yang harus kita identifikasi," katanya.

Presiden Jokowi menambahkan,  bekerja itu harus optimistis dan  jangan pesimistis.  "Jangan takut (dengan MEA). Karena semua negara juga takut dengan berlakunya  ASEAN Economic Community (MEA) ini. Kita harus optimis karena kita punya produk yang macam-macam. Ini harus kita identifikasi. Mana yang punya daya saing, itu yang masuk ke negara-negara kanan kiri. Saya kira itu yang dalam waktu yang pendek ini harus dikerjakan," lanjutnya.

Terkait komoditas yang kompetitif, Presiden menyebutkan di antaranya minyak kelapa sawit (CPO) meskipun juga banyak dihasilkan banyak negara Asean lainnya selain Indonesia. (Suhartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×