Reporter: Kiki Safitri | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat menyebutkan bahwa dengan dibukanya keran impor jagung akan mengurangi biaya produksi peternakan ayam sebesar Rp 500 per kg.
Samhadi Sekretaris Eksekutif Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat) menyebut bahwa sejauh ini harga pakan turut terkerek naik dengan kenaikan harga jagung di pasaran sebesar Rp 7.500 per kg yang dinilai cukup mahal.
“Setidaknya harga pokok produksi ayam turun dengan penurunan harga pakan sekitar Rp 300 hingga Rp 500 per kg, saat ini harga pakan Rp 7.500 hingga Rp 7.600 per kg, jika harga jagung turun antara Rp 4.000 sampai Rp 5.000 per kg, maka harga pakannya bisa mencapai Rp 7.000,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/11).
Samhadi berharap dengan adanya jagung impor, maka harga pakan bisa turun antara Rp 7.000 hingga Rp 7.200 per kg. Artinya beban kenaikan pakan dapat dikurangi dengan impor, apalagi saat ini industri peternakan diminta melakukan efisiensi produksi.
“Harga pakan saat ini tinggi banget karena harga jagung tinggi dan sebagian pakan masih impor, seperti bungkil kedelai yang 100% impor, walaupun harganya murah, tapi harga dollar tinggi,” ujarnya.
Menurut Samhadi harga bungkil kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) berkisar US$ 4.000 per metrik ton untuk kontrak aktif bungkil kedelai sedangkan harga bungkil turun di pasar global yakni sekitar US$ 4.000 per metrik ton.
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan per ekor ayam petelur per hari akan jagung adalah 60 gram dengan populasi ayam 200 juta ekor. Sedangkan untuk ayam pedaging memutuhkan pakan yang tidak jauh berbeda, hanya saja populasinya sekitar 9 juta ekor per minggu. Sedangkan jika dalam bentuk pakan, seekor ayam membutuhkan pakan sebanyak 110 gram per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
