Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Indonesia kembali dinilai baik oleh lembaga pemeringkat global. Kali ini datang dari Rating and Investment Information, Inc. (R&I), lembaga pemeringkat dari Jepang yang menaikkan sovereign credit rating Indonesia dari BB+ menjadi BBB- dengan penilaian outlook yang stabil.
Meski begitu peringkat Indonesia masih kalah dibanding Thailand dan Malaysia. Peringkat Thailand juga naik dari yang sebelumnya BBB menjadi BBB+. Sedangkan Malaysia dinilai R&I tetap di peringkat A/A+.
Dari siaran pers R&I yang dipublikasikan di websitenya ada beberapa faktor yang membuat penilaian Indonesia menjadi naik. Faktor tersebut yakni Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ketika perekonomian global melambat.
Alasan lainnya manajemen fiskal masih konservatif; beban utang pemerintah yang tetap rendah; sistem keuangan yang stabil; peningkatan investasi asing dan penguatan basis industri yang mengalami perkembangan; pengangguran menurun; dan harga yang stabil dibarengi suku bunga yang rendah yang meningkatkan konsumsi pihak swasta.
Meskipun perekonomian dinilai dalam jalur pertumbuhan F&I menyoroti pendapatan per kapita Indonesia yang masih sekitar US $ 3.500. Indonesia dinilai tertinggal jauh mengenai pengembangan infrastruktur sosial seperti pembangunan jalan, kereta api, pelabuhan dan sistem pengairan yang dinilai penting untuk meng-upgrade struktur industrinya.
Menurut Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti penilaian Indonesia oleh lembaga pemeringkat asing ini bisa menjadi bukti Indonesia dapat mempertahankan diriĀ dari tekanan kelesuan perekonomian global.
"Meski ada impact dari perekonomian global tapi tidak terlalu terpengaruh seperti India yang deviasi pertumbuhan ekonominya 2%. Sebelumnya pertumbuhan ekonomi India 7% - 8% yang menjadi 5% -6%. Indonesia masih stabil pertumbuhan ekonominya di angka 6%, deviasinya hanya kurang dari 1%," kata Destry ketika dihubungi KONTAN, Kamis (18/10).
Hal lain yang dinilai Destry membuat penilaian Indonesia naik mengenai ruang fiskal yang masih besar. Di mana Debt to GDP Ratio turun kemudian juga bujet defisit yang terkendali di tahun depan sebesar 1,65%. Hal lainnya juga BI rate yang stabil di angka 5,75%.
Dalam pandangan Destry jika peringkat Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga karena pasca reformasi Indonesia mengalami perubahan di sistem politik. "Sejak dari tahun 1998 Indonesia tidak bisa investment grade seperti sekarang, karena ada perubahan sistem politik besar-besaran," kata Destry.
Destry mengatakan selain alasan yang disebutkan di atas ada beberapa hal yang mungkin Indonesia kalah dibandingkan Thailand dan Malaysia. Seperti jika melihat dari sisi birokrasi, infrastruktur, teknologi dan juga soal korupsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News