Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah mencatatkan surplus pada triwulan keempat tahun lalu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali surplus pada triwulan pertama tahun ini. Bank Indonesia (BI) mencatat, NPI pada tiga bulan pertama tahun ini surplus US$ 1,3 miliar. Namun, nilai ini lebih rendah dibanding NPI triwulan IV 2014 sebesar US$ 2,41 miliar.
Endy Dwi Tjahjono, Direktur Departemen Statistik BI bilang, surplus NPI pada triwulan I 2015 karena adanya perbaikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) serta transaksi modal dan finansial.
Catatan BI, selama triwulan pertama 2015, CAD turun jadi US$ 3,8 miliar atau 1,8% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di triwulan keempat tahun lalu masih sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,6% dari PDB.
Turunnya CAD ditopang perbaikan neraca dagang minyak dan gas (migas) akibat impor minyak menyusut karena harga minyak dunia melandai. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berkurang tercatat turut menyumbang perbaikan pada neraca perdagangan migas tersebut.
Endy menambahkan, perbaikan CAD juga ditopang kempisnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan nasional ke luar negeri, dan turunnya pendapatan primer. "Di triwulan kedua, CAD bisa di bawah triwulan kedua 2014," kata Endy, akhir pekan lalu.
Riza Tyas, Deputi Direktur Departemen Statistik BI menambahkan, CAD kuartal kedua tahun ini juga bergantung pada belanja infrastruktur pemerintah. Jika pemerintah mempercepat pembangunan infrastrukturnya pada kuartal kedua ini, maka CAD berpotensi naik. Sebab, bahan baku pembangunan infrastruktur dalam negeri masih mengandalkan impor.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial selama kuartal pertama 2015 masih surplus sebesar US$ 5,9 miliar. Surplus ini didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung sebesar US $ 8,4 miliar. "Jumlah ini lebih besar dari inflow pada triwulan IV 2014 sebesar US$ 62 juta," ujar Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI.
Sedangkan aliran masuk modal investasi langsung pada triwulan pertama 2015 tercatat US$ 5,3 miliar, melambat 9,8% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelambatan itu terjadi pada sektor migas, sejalan dengan turunnya harga minyak dunia.
Ekonom Bank BCA David Sumual memproyeksikan, CAD di kuartal II 2015 bisa membengkak akibat kebutuhan impor jelang puasa dan Lebaran, belanja barang modal dan repatriasi atau pengembalian deviden. "Pada kuartal kedua rata-rata CAD 4% dari PDB," kata David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News