Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun 2022, meskipun data pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3%, dampak langsung dari Perang di Ukraina yang terjadi di ribuan kilometer jauhnya dirasakan oleh Indonesia.
Perang tersebut telah menyebabkan gangguan pada rantai pasokan global, naiknya harga energi dan komoditas pangan, serta mempengaruhi perdagangan dan investasi internasional di seluruh dunia.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah Redjalam, menegaskan bahwa perang tersebut telah berdampak pada rumah tangga di dunia, termasuk Indonesia, dengan terganggunya pasokan dan menyebabkan kenaikan harga pangan dan bahan bakar.
“Hal itu sudah terlihat sejak awal-awal perang. Dan perang Rusia-Ukraina juga sudah berlangsung cukup lama”, ujar Piter.
Hanya perdamaian yang adil dan berkelanjutan yang dapat memulihkan pasar dan mengurangi ketidakpastian ekonomi dunia, termasuk di Indonesia.
Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan gejolak harga energi global yang belum terjadi sejak tahun 1970-an.
Meskipun Indonesia sebagai pengekspor batubara terbesar di dunia memperoleh pangsa pasar baru akibat sanksi Uni Eropa terhadap ekspor energi Rusia, namun harga impor minyak dan gas meningkat hampir dua kali lipat, mengakibatkan kenaikan harga BBM bersubsidi di Indonesia lebih dari 30%.
Kenaikan harga bahan bakar memiliki dampak besar pada produksi barang dan jasa, terutama di industri pangan. Inflasi makanan di Indonesia mencapai 10,3% pada Juli 2022, menandai tingkat tertinggi sejak 2014, yang mengurangi daya beli masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan.
Salah satu contoh yang terpengaruh adalah harga minyak goreng yang meningkat tajam akibat ketergangguan pasokan dari Rusia dan Ukraina.
Faktor lain yang berkontribusi pada kenaikan harga pangan adalah kenaikan harga pupuk yang mempengaruhi biaya produksi pertanian di Indonesia.
Pemerintah memberikan subsidi pupuk kepada petani, tetapi peraturan yang dikeluarkan pada Juli 2022 mengurangi jenis pupuk bersubsidi dan jenis komoditas yang berhak menerima subsidi.
Akibatnya, petani Indonesia harus membayar lebih mahal untuk beberapa jenis pupuk, yang kemungkinan akan mengakibatkan kenaikan harga pangan.
Resolusi damai dari perang ini akan membuka kembali perdagangan bilateral antara Indonesia dan Ukraina, menciptakan lapangan kerja baru, dan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima di dunia, dan Indonesia adalah pasar kedua terbesar untuk Ukraina. Namun, penghancuran lahan pertanian dan pemblokiran pelabuhan Ukraina telah mengganggu ekspor gandum dan memperburuk kerawanan pangan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Selain itu, kerjasama dalam sektor pertanian dan teknologi informasi antara kedua negara menawarkan potensi pengembangan yang menarik.
Penghentian perang di Ukraina akan mengurangi ketidakpastian ekonomi di Indonesia, sehingga penting bagi Pemerintah Indonesia untuk terus menyerukan perdamaian.
Pada forum internasional, Indonesia bersama 141 negara lainnya telah mendukung penarikan pasukan Rusia dari Ukraina sebagai langkah menuju perdamaian yang abadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News