Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan investasi di Indonesia menciptakan lapangan pekerjaan terus turun. Otomatisasi dan digitalisasi juga berkontribusi menciptakan penurunan ini.
Kepala Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman menuturkan, sekitar satu dekade silam, setiap investasi senilai Rp 1 triliun mampu menciptakan setidaknya sekitar 4.000 lapangan kerja. “Sekarang tiap Rp 1 triliun hanya menghasilkan 1.000 sampai 1.500 lapangan kerja,” sebut Helmi dalam Citi Data Center Day 2025, Senin (27/10/2025).
Di saat yang sama, ada sekitar 2 juta-3 juta tenaga kerja baru yang masuk pasar tenaga kerja setiap tahunnya. Kondisi ini membuat penyediaan lapangan kerja di dalam negeri semakin menantang.
Berdasarkan survei angkatan kerja nasional Badan Pusat Statistik Februari 2025 silam, tingkat pengangguran terbuka di 2025 mencapai 4,76%. Angka ini memang turun dibanding tingkat pengangguran terbuka di survei sebelumnya pada Agustus 2024, mencapai yang 4,91%.
Baca Juga: Bunga Deposito Berpotensi Turun, Investasi SBR014 Rp 1 Juta Dapat Kupon 6,25% & 6,35%
Sementara jumlah angkatan kerja mencapai 153,05 juta orang. Jumlah ini naik 3,67 juta orang dibanding survei sebelumnya.
Tingkat pengangguran terbuka tercatat turun cukup tajam di pedesaan, dari 3,67% di Agustus 2024 menjadi 3,33% di Februari 2025. Sementara tingkat pengangguran terbuka di perkotaan relatif stagnan, mencapai 5,79% di Agustus 2024 dan 5,73% di Februari 2025.
BPS juga mencatat, tingkat pengangguran terbuka pria naik dari 4,90% di Agustus 2024 menjadi 4,98% di Februari 2025. Sebaliknya, tingkat pengangguran terbuka wanita turun dari 4,92% di Agustus 2024 menjadi 4,41% di Februari 2025.
Selain itu, proporsi pekerja penuh juga tercatat turun, dari 68,07% di Agustus 2024 menjadi 66,19% di Februari 2025. Kendati begitu, proporsi ini membaik bila dibanding Februari 2024 yang mencapai 65,60%.
Helmi menuturkan, sejatinya, di satu sisi, foreign direct investment masih mengalir masuk ke Indonesia, namun utamanya menyasar sektor mineral dan tambang. "Sektor ini tidak membutuhkan banyak tenaga kerja sebanyak sektor elektronik di Vietnam atau sektor tekstil dan alas kaki," papar dia.
Namun Helmi juga mengakui, kondisi ini bukan cuma terjadi di Indonesia. Menurut dia, ini fenomena lazim di banyak negara usai pandemi Covid-19.
Pemerintah menggelontorkan program magang bagi fresh graduate. Program ini telah diselenggarakan dalam dua gelombang. Di gelombang pertama, 20.000 pekerja magang terserap, sementara gelombang kedua, yang dibuka November, menargetkan 80.000 pekerja magang.
Selanjutnya: Astragraphia Dukung Industri Kreatif Dengan Berpartisipasi AllPrint Indonesia 2025
Menarik Dibaca: Jadwal BWF World Tour 2025 Lengkap Total Hadiahnya, Siap-Siap Hylo Open
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













