kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penyederhanaan prosedur ekspor dinilai efektif menahan perlambatan ekspor


Minggu, 27 Januari 2019 / 18:43 WIB
Penyederhanaan prosedur ekspor dinilai efektif menahan perlambatan ekspor


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah mengurangi pengenaan kewajiban laporan surveyor (LS) dan mengurangi komoditas dalam daftar larangan terbatas (lartas) ekspor bertujuan mendorong kinerja ekspor dalam jangka pendek. Namun, selain hanya bersifat jangka pendek, kebijakan ini juga dinilai hanya akan sanggup menahan perlambatan ekspor, namunbelum untuk mendorong pertumbuhan ekspor.

"Rencana kebijakan ini menunjukkan kalau memang pemerintah tidak punya banyak pilihan kebijakan di tengah ketidakpastian yang menyebabkan pelemahan ekonomi global," ujar Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah kepada Kontan.co.id, Minggu (27/1).

Piter menilai, kebijakan prosedural yang dicanangkan pemerintah tersebut dapat membantu mengatasi perlambatan pertumbuhan ekspor yang sudah berlangsung sejak tahun 2018 lalu. Kendati begitu, kebijakan ini tak serta merta akan memecut laju pertumbuhan ekspor yang membutuhkan usaha lebih ekstra lagi.

"Untuk mengatasi defisit neraca perdagangan pemerintah harus meningkatkan atau setidaknya menahan perlambatan pertumbuhan ekspor. Di samping itu pemerintah juga harus menahan laju pertumbuhan impor. Neraca perdagangan harus kembali surplus," tutur Piter.

Sebab, meski pemerintah membuka kembali izin ekspor untuk barang-barang yang tadinya dilarang (lartas), permintaan global saat ini pun tengah melambat. Jadi dampaknya tidak akan signifikan untuk memacu pertumbuhan ekspor.

Piter memproyeksikan, Indonesia masih akan mencetak defisit perdagangan pada tahun 2019. Meski nilai defisit tersebut ia taksir tak akan besar, atau lebih kecil daripada defisit yang terjadi di sepanjang tahun lalu.

Segendang sepenarian, Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra menilai, perlambatan permintaan global akan menjadi hambatan besar bagi upaya pemerintah memperbaiki situasi neraca perdagangan maupun neraca transaksi berjalan di sepanjang tahun ini.

"Current account deficit (CAD) ini sebagai dampak negatif dari terjaganya pertumbuhan ekonomi, di mana permintaan impor masih akan tinggi, sementara ekspor menurun karena permintaan global pun melemah. Jadi, kami lihat perbaikan CAD tidak akan secepat yang BI (Bank Indonesia) perkirakan," kata Aldian, Kamis (24/1) lalu.

Bank Indonesia mematok, defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia akan turun mencapai 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) di tahun ini. Sementara, Stanchart memperkirakan CAD masih akan berada di level 2,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×