kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan bunga acuan bisa kontraproduktif


Selasa, 26 September 2017 / 09:45 WIB
Penurunan bunga acuan bisa kontraproduktif


Reporter: Adinda Ade Mustami, Choirun Nisa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (DRRR) mengejutkan banyak pihak. Walau ada kekhawatiran, pemangkasan bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,25% berefek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, pengusaha masih ingin ada penurunan suku bunga acuan lagi.

Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Adrian Panggabean, Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga dalam economic note yang dirilis 25 September 2017. Dia menilai, penurunan BI 7 DRRR mengejutkan dan di luar ekspektasi.

Bahkan Adrian menilai, penurunan suku bunga acuan selama dua bulan terakhir seharusnya tidak perlu dilakukan. Sebab ruang pelonggaran moneter semakin menyempit seiring rencana Federal Reserve mengurangi asetnya mulai Oktober 2017. "Penurunan BI 7 DRR yang cenderung agresif memunculkan spekulasi bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merosot jauh di bawah potensi pertumbuhannya," kata Adrian.

Ia meragukan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% tahun ini bisa tercapai. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi semester II-2017 cenderung stagnan dibandingkan semester sebelumnya, sehingga keseluruhan tahun ini hanya tumbuh 5,1%.

Namun Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sanny Iskandar yakin penurunan suku bunga bisa menjadi stimulus bagi pebisnis. Pelaku usaha akan lebih bergairah berinvestasi. "Diharapkan pelaku usaha mengambil kredit lebih banyak," ujarnya, Senin (25/9).

Meski demikian, Sanny pesimitis efek tersebut bisa langsung terasa dalam jangka pendek. Bahkan, ia pesimistis penurunan suku bunga saat ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi pada sisa tahun 2017. Menurutnya, suku bunga acuan perlu diturunkan lebih rendah lagi. "Jika bisa di kisaran 3,5%-4%. Ini lebih menarik bagi pelaku usaha untuk mengambil kredit investasi," kata Sanny.

Kebijakan pendukung

Namun Ekonom BCA David Sumual menilai wajar BI menurunkan bunga acuan. Sebab BI sudah tidak mempunyai kesempatan pelonggaran moneter pada kuartal IV-2017.

Kendati suku bunga acuan terus turun, David mengatakan, hal ini tak akan membuat investor menarik diri dari Indonesia. Menurutnya, secara imbal hasil, Indonesia masih sangat menarik bagi investor dibanding negara lain seperti Thailand, Malaysia, Turki ataupun India.

Menurut David, penurunan suku bunga acuan merupakan bagian dari stimulus yang diharapkan pemerintah dapat merangsang dunia usaha dan masyarakat untuk mengambil kredit. Pertumbuhan kredit saat ini sedang stagnan, sehingga butuh stimulus. "Jadi bisa berdampak untuk menggairahkan perekonomian, tetapi tidak dapat hanya mengandalkan satu aspek dari suku bunga acuan BI ini saja," ujar David.

David mengatakan, perlu adanya situasi fiskal yang kondusif agar laju pertumbuhan ekonomi lebih kencang. Pemerintah juga perlu menata kebijakan struktural lain yang mengikuti penurunan suku bunga acuan dari otoritas moneter tersebut. Selain itu, paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan selama ini juga harus diimplementasikan dengan baik, agar pengusaha merasakan efek positifnya.

Pemerintah juga harus membuat terobosan kebijakan. Selama ini, perekonomian nasional terlalu mengandalkan pada sektor komoditas. Potensi ekonomi yang saat ini sedang tumbuh, seperti sektor pariwisata, e-commerce, harus ditumbuhkan dengan insentif fiskal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×