kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penumpang kereta ekonomi gelar aksi, ada apa?


Kamis, 28 Maret 2013 / 07:26 WIB
Penumpang kereta ekonomi gelar aksi, ada apa?
ILUSTRASI. PLN tandatangani 13 Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dan MoU dengan pelanggan tegangan tinggi


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TANGERANG. Ratusan penumpang yang tergabung dalam Keluarga Besar KRL Lintas Serpong-Tanah Abang, Kamis (28/3) pagi, menggelar aksi mengumpulkan koin dan tanda tangan, di Stasiun Sudimara, Jombang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Aksi tersebut sebagai bentuk penolakan penghapusan kereta api ekonomi menjadi kereta listrik.

"Ini bukan demo, tapi reaksi atas rencana penghapusan kereta ekonomi," ujar Abi, koordinator aksi, saat ditemui Wartakotalive.com, Kamis (28/3/2013).

Menurut Abi, pengguna kereta ekonomi bertarif Rp 1.500, adalah masyarakat kecil yang penghasilannya pas-pasan. Karena itu jika dihapus dan diganti dengan kereta listrik yang tarifnya Rp 8.000, mereka akan keberatan.

"Beban kehidupan ini makin berat. Harga sembako sudah merangkak naik belum lagi tarif dasar listrik (TDL) dan BBM yang kabarnya juga mau naik. Apa tidak berat itu?" ucapnya setengah bertanya.

Karena itu, dengan alasan apapun, rencana penghapusan kereta ekonomi, kata Abi, harus ditolak.

"Sesuai pasal 33 UUD 1945 sudah jelas, bahwa warga negara mempunyai hak untuk menikmati pelayanan dari pemerintah," tandasnya.

Datuk, salah seorang pengguna kereta ekonomi, mengatakan dirinya sangat mendukung aksi penolakan penghapusan kereta ekonomi itu.

"Setiap hari saya menggunakan kereta ekonomi dari Stasiun Sudimara ke Tanah Abang dengan tarif Rp 1.500. Kalau tiba-tiba diganti dengan kereta listrik yang tarifnya Rp 8.000 tentu sangat berat," ucap Datuk yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima di Tanah Abang.

Ratna, pengguna kereta ekonomi lainnya, mengatakan hal yang sama.

"Waduh kalau sampai diganti dan disuruh naik kereta yang tarifnya Rp 8.000 sangat berat mas. Pengeluaran jadi membengkak, sementara gaji naiknya kecil," ujar pelayan toko di Tanah Abang.

Dalam aksi tersebut, juga dikumpulkan koin dan tanda tangan penolakan penghapusan kereta ekonomi. Menurut Abi, koin dan tanda tangan yang terkumpul selanjutnya akan diserahkan kepada Kementerian Perhubungan dan PT KAI.

"Kami ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa rakyat benar-benar menolak," ujarnya.

Meskipun aksi digelar di area peron, sama sekali tidak mengganggu aktivitas pemberangkatan penumpang. (Tribunnews.com)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×