kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan biodiesel terkendala dana sawit


Kamis, 21 Januari 2016 / 19:51 WIB
Pengembangan biodiesel terkendala dana sawit


Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah mengalami kendala dalam mengembangkan program biodiesel dan meremajakan tanaman sawit berbekal pungutan dana sawit. Untuk program pengembangan biodiesel misalnya, kendala disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia.

Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Badan Layanan Umum (BLU) Sawit mengatakan, penurunan harga minyak dunia telah membuat harga biodiesel kurang kompetitif dibanding harga minyak fosil.

Agar harga biodiesel tetap kompetitif, dana sawit yang harus dikeluarkan untuk menopang perbedaan harga CPO agar petani bisa dapat keuntungan, harus semakin ditingkatkan.

Menurut perhitungan BLU Sawit, untuk penurunan minyak bumi sebesar US$ 1 barel saja, tambahan dana untuk menopang harga CPO petani sawit mencapai Rp 350 miliar.

"Jadi jika harga minyak fosil US$ 40 per barel, harga CPO tetap US$ 500 per ton saja tambahan dana yang dibutuhkan mencapai Rp 9,5 triliun," kata Bayu di Jakarta Kamis (21/1).

Bayu mengatakan, asumsi tersebut ditambah dengan dana himpun sawit 2015 yang mencapai Rp 6,9 triliun, proyeksi penerimaan dana himpun sawit 2016 yang mencapai Rp 9,5 triliun. Ditambah program peremajaan tanaman sawit yang diperkirakan akan menelan dana Rp 800 miliar sampai Rp 1 triliun, dana sawit hanya mampu digunakan untuk menopang program biodiesel delapan sampai sepuluh bulan ke depan.

"Sementara itu, untuk program replanting sawit, tantangan datang dari pengorganisasian petani sawit," katanya.

Saat ini luas lahan petani yang bisa mendapatkan bantuan untuk program peremajaan sawit dibatasi maksimal 4 hektare. Sementara itu, agar efesien, proyek peremajaan kebun sawit petani mimimal harus berukuran 400- 800 hektare, atau paling tidak agar program peremajaan bisa jalan efesien dibutuhkan sedikitnya 100 petani sawit.

"Tidak mudah mengumpulkan 100 petani untuk mengorganisir bisnis bersama," katanya.

Meskipun mengalami kendala, Bayu mengatakan, lembaganya tidak akan menyerah dan akan berusaha melaksanakan program ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×