kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penerimaan negara dari bea keluar turun drastis


Minggu, 07 Juli 2013 / 19:58 WIB
Penerimaan negara dari bea keluar turun drastis
ILUSTRASI. Warga memakai masker saat melintasi di Jl Mangkubumi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (6/4/2020). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah berawan hingga hujan sedang, menurut prakiraan BMKG. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Hingga akhir Juni 2013, realisasi penerimaan bea dan cukai dari Direktorat Bea dan Cukai mencapai Rp 73,9 triliun atau 48% dari target yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013.

Penerimaan bea dan cukai itu terdiri dari penerimaan negara dari bea masuk sebesar Rp 14,4 triliun, bea keluar Rp 6,9 triliun, dan cukai sebesar 52,6 triliun. Khusus untuk bea keluar terjadi penurunan yang tajam, sebesar 37%, jika dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2012 lalu.

Penyebabnya adalah, merosotnya jumlah ekspor karena turunnya harga sejumlah komoditas seperti crude palm oil (CPO).  Sementara itu, menurut Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan, Susiwijono Moegiarso, ekspor maupun impor merupakan pedoman naiknya penerimaan bea masuk dan keluar.

Sementara itu, Susiwijono bilang, terjadinya kenaikan produksi hasil tembakau membuat jumlah cukai di semester pertama naik. Pemerintah memperkirakan kondisi tersebut akan terus berlanjut di semester dua. "Melihat perkembangan volume impor yang meningkat cukup tajam diperkirakan target penerimaan pada APBN-P 2013 optimistis tercapai," ujarnya.

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistyaningsih mengatakan, tingkat impor diperkirakan akan kembali menguat di tengah tahun kedua. Meski demikian, tingkat impor tertinggi memang terjadi di bulan Mei dan Juni.

Pasalnya di bulan-bulan tersebut banyak industri yang melakukan impor non migas, sebagai antisipasi meningkatnya kebutuhan dalam negeri. Menurutnya, kebutuhan meningkat seiring melonjaknya tingkat konsumsi masyarakat menjelang memasuki Ramadan.

Hanya saja untuk impor Bahan Bakar Minyak (BBM) Lana memperkirakan akan tetap tinggi, hal itu menjadi alasan mengapa jumlah bea masuk diperkirakan tetap akan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×