Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah harus segera mengatasi badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia. Untuk itu, pemerintah agar bergerak cepat mencari solusi karena angka pekerja yang di-PHK terus meningkat.
Merjuk data Kemenaker, badai PHK mulai terlihat sejak tahun lalu, yang pada periode Januari-November 2023 terdapat 57.923 orang tenaga kerja yang terkena PHK. PHK paling banyak terjadi di Jawa Tengah.
Posisi kedua diikuti oleh DKI Jakarta, dan posisi ketiga Provinsi Banten. Khusus PHK di DKI Jakarta didominasi sektor jasa seperti restoran dan kafe. Sedangkan badai PHK di Jateng paling banyak terjadi di sektor manufaktur, tekstil, garmen, dan alas kaki.
Kemenaker menyebutkan, sebanyak 46.240 pekerja mengalami PHK pada periode Januari 2024 hingga Agustus 2024.
"Pemerintah jangan tenang-tenang saja, seolah tidak ada masalah. Salah satu faktor yang menyebabkan tumbangnya industri tekstil dan garmen dalam negeri adalah tidak kuat bersaing dengan barang impor China. Impor barang dari China harus diawasi dan diperketat," ujar Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta dalam keterangannya, Kamis (6/9/2024).
Baca Juga: Pengusaha Konveksi Sebut Penerapan BMAD Bisa Cegah PHK di Industri TPT
Memang, industri tekstil, garmen dan alas kaki merupakan sektor yang paling banyak melakukan PHK. Selain alasan tidak kuat bersaing dengan produk impor China, juga karena kurangnya permintaan yang menyebabkan merosotnya produksi dalam tiga tahun terakhir.
Netty menilai, pemerintah harus melakukan pembenahan regulasi mengingat produsen dari China bisa menjual produk dengan harga yang lebih murah lantaran adanya subsidi dan kemudahan aturan dari pemerintah negara mereka.
"Artinya ada regulasi yang menguntungkan (dari pemerintah China). Selain itu, patut ditengarai adanya praktik jual dan impor ilegal yang masuk ke Indonesia. Kita harus cek bagaimana regulasi di Indonesia," ujar legislator Dapil Jawa Barat VIII ini.
Netty pun meminta pemerintah agar menyelidiki pengawasan produk impor serta memberantas praktik jual impor ilegal. "Jika kondisi ini dibiarkan, tentunya akan semakin banyak industri dalam negeri yang tumbang dan mem-PHK karyawannya,” kata Netty.
Yang terang, pembiaran terhadap masalah badai PHK juga akan berdampak pada masa depan bangsa, karena tingginya angka pengangguran dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat. “Banyaknya PHK akan melahirkan generasi cemas, alih-alih generasi emas," ujarnya.
Oleh sebab itu, Netty meminta pemerintah membuat kebijakan yang mendorong dan mendukung perusahaan agar dapat menjalankan usahanya lebih sehat.
“Program job fair memang menarik antusias masyarakat, tapi tidak menyelesaikan masalah industri yang tumbang dan gulung tikar. Pemerintah harus fokus mengatasi masalah pada upaya perbaikan dan penyehatan perusahaan," imbuh Netty.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News