kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah ancang-ancang subsidi solar bisa sampai Rp 1000 per liter


Senin, 05 Maret 2018 / 21:51 WIB
Pemerintah ancang-ancang subsidi solar bisa sampai Rp 1000 per liter
ILUSTRASI. SPBU Pertamina


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar setidaknya sampai 2019. Dengan keputusan tersebut, pemerintah pun berencana untuk menambah subsidi untuk BBM jenis solar.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial mengatakan pemerintah sedang dalam proses pembicaraan dengan Komisi 7 DPR RI untuk menambah subsidi solar. Subsidi solar saat ini hanya sebesar Rp 500 per liter atau total mencapai Rp 7 triliun untuk 16 juta kilo liter tahun ini.

Menurut Ego, dengan kondisi harga minyak mentah yang cenderung naik maka subsidi solar perlu ditambah. Kisarannya mencapai Rp 700/liter hingga Rp 1.000/liter .

"Kan pernah dulu pengusulan untuk tahun 2018 kami pernah usulkan Rp 750, mungkin ini kalau melihat proses seperti ini berkisaran antara itulah, Rp 700 sampai Rp 1.000 usulannya,"jelas Ego pada Senin (5/3).

Biarpun begitu usulan ini akan terus dievaluasi sesuai dengan pergerakan harga minyak. "Tapi ini masih dalam proses ya, ini yang seperti Pak Menteri sampaikan kami cermati terus pergerakan MOPS tadi, harga minyak tadi, contohnya seperti ICP Januari US$ 65/barel, tiba-tiba sekarang turun US$ 61/barel dan cenderung turun terus," imbuh Ego.

Sementara itu untuk BBM jenis Premium tidak akan ada perubahan kebijakan. Ego menegaskan pemerintah tidak ada rencana untuk memberikan subsidi untuk premium.

Ego beralasan konsumsi premium masih di bawah konsumsi solar. Kementerian ESDM mencatat konsumsi premium sepanjang tahun 2017 hanya mencapai 7 juta kilo liter dari alokasi sebesar 12 juta kilo liter. Sementara konsumsi solar mencapai sekitar 16 juta kilo liter.

"Realisasi premium cuma 7 juta, 12 juta yang dialokasikan realisasinya cuma 7 juta. Tapi kalau solar 16 juta ya, kemarin realisasinya 89%. Jadi itu yang banyak dipakai oleh masyarakat," jelasnya.

Selain itu, selisih harga premium dan solar pun sudah sangat tipis. Ego menyebut selisih harga solar hanya Rp 200/liter dengan perkiraan harga pasar sekitar Rp 5.600/liter.

Saat ini harga premium ditetapkan Rp 6.450/liter tidak bersubsidi. Untuk harga solar ditetapkan 5.550/liter dengan memberikan subsidi 500 rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×