kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Pariwisata Tak Bertanggung Jawab Mengancam Kelestarian Hiu Paus


Jumat, 30 Agustus 2024 / 17:50 WIB
Pariwisata Tak Bertanggung Jawab Mengancam Kelestarian Hiu Paus
Konservasi Indonesia telah menjadikan hiu paus sebagai salah satu fokus spesies terancam yang memerlukan penelitian lebih lanjut


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan hiu paus ke dalam daftar merah sebagai spesies terancam punah sejak tahun 2016. Diperkirakan secara global populasi spesies ini menurun lebih dari 50% dalam 75 tahun terakhir.

Konservasi Indonesia, sebagai organisasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, telah menjadikan hiu paus sebagai salah satu fokus spesies terancam yang memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mencegahnya dari kepunahan. Selain hiu paus, Konservasi Indonesia juga fokus pada enam kelompok atau spesies vokal laut seperti Pari Manta, Hiu Paus, Cetacean, Hiu Berjalan, Hiu Belimbing, dan Hiu Martil. 

Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata menjelaskan, upaya pelestarian hiu paus -yang telah dilakukan oleh Conservation International pada sembilan tahun lalu dan kemudian dilanjutkan oleh Konservasi Indonesia, salah satunya dilakukan dengan menggunakan teknologi telemetri satelit.

Pemasangan penanda satelit yang dilengkapi GPS dan beberapa sensor ini bertujuan untuk melacak pergerakan hiu paus.

"Cara tersebut digunakan untuk mengidentifikasi habitat penting mereka dan memantau pergerakan hewan laut yang dilindungi ini," katanya dalam konferensi pers Perayaan Hari Hiu Paus Internasional, di Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Baca Juga: Prilly Latuconsina Didaulat Jadi Kawan Hiu Paus oleh Konservasi Indonesia

Menurut Iqbal, dari pemasangan penanda satelit yang telah dilakukan, Konservasi Indonesia mendapati bahwa perjalanan hiu paus memang terbilang sangat panjang. Hiu paus dapat bermigrasi jarak jauh, hingga lebih dari 15.000 km, dan menyelam hingga kedalaman 2.000  meter atau lebih. 

"Tapi ada juga yang bertahun-tahun mendiami satu tempat saja. Penggunaan tagging ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi kepada operator kapal wisata agar dapat menyesuaikan rute dan tidak mengganggu koridor perjalanan hiu paus,” ungkap Iqbal.

Menurut data Konservasi Indonesi, berdasarkan penandaan satelit (tagging) yang sudah dilakukan, di Teluk Saleh terdapat sekitar 110 individu, Teluk Cenderawasih 153 individu, Kaimana 76 individu, Berau-Talisayan 80 individu dan Gorontalo 53 individu.

Iqbal menambahkan, sebagai salah satu spesies yang rentan menghadapi kepunahan, hiu paus menghadapi beberapa ancaman termasuk kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Kini, pariwisata yang berfokus kepada spesies ikan terbesar di dunia itu semakin meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

Diproyeksikan, industri pariwisata hiu paus di dunia bernilai lebih dari US$ 42 juta atau setara Rp649 miliar. Tak pelak, kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab dapat menjadi ancaman bagi satwa yang masuk kategori rentan oleh Daftar Merah IUCN itu.

"Kalau kita tahu di beberapa lokasi di Indonesia timur masih ada yang melakukan perburuan, tidak hanya hiu paus tapi hewan-hewan besar pada umumnya. Kemudian ada juga ancaman dari pariwisata yang tidak bertanggung jawab," sebutnya.

Sebagai spesies yang dilindungi, Iqbal bilang, interaksi dengan hiu paus memiliki cara sendiri yang perlu disosialisasikan di setiap tempat wisata dan harus ditaati oleh wisatawan untuk memastikan kelestarian populasinya. "Ada juga kasus tertabrak kapal, tumpang tindih jalur paus dan area pelayaran," katanya.

Indonesia sendiri memiliki beberapa area agregasi kunci dari satwa yang hidup di samudera tropis dan lautan beriklim hangat itu. Seperti di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat dan Teluk Cenderawasih di Papua Barat, dengan di dua titik itu sudah terdapat pariwisata yang melibatkan hiu paus sebagai daya tarik turis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×