Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan ekonomi atau Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022.
Lembaga ini memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 hanya sebesar 4,7% yoy, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada akhir tahun lalu yang sebesar 5,2% yoy.
Lembaga tersebut mengingatkan, peningkatan inflasi bisa menjadi batu sandungan bagi progres pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan disrupsi suplai global yang disebabkan eskalasi perang Rusia dan Ukraina.
“Peningkatan inflasi ini kemudian akan menekan daya beli masyarakat dan menekan keinginan masyarakat untuk membeli bahan tahan lama,” tulis OECD dalam laporannya hari ini, Kamis (9/6).
Baca Juga: Dukung Usaha Rakyat, BSI Resmikan UMKM Center Kedua di Yogyakarta
Indonesia mengimpor sebagian besar kebutuhan energi dan beberapa makanan pokok seperti gandum dari Ukraina. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan terhadap gangguan pasokan terkait perang.
Harga-harga juga sebenarnya saat ini sudah melonjak, tetapi masih ada di level produsen. Nah, bila output gap makin lebar, dan ini kemudian diteruskan kepada konsumen, maka inflasi akan meningkat dan mengurangi daya beli masyarakat.
Di sisi lain, wisatawan mancanegara dari Rusia juga menyumbang sebagian besar dari wisatawan asing yang melancong ke Indonesia. Ini juga dikhawatirkan akan mengurangi kinerja pariwisata Indonesia.
Baca Juga: Laba Bersih Mitra Angkasa Sejahtera (BAUT) Tumbuh Signifikan di Kuartal I-2022
Lebih lanjut, dengan kondisi tersebut, OECD memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun ini sebesar 5,3% yoy atau bisa lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar 2,0% yoy.
Sedangkan untuk komponen pertumbuhan lainnya, lembaga tersebut memperkirakan investasi tumbuh 3,8% year on year (yoy), net ekspor bisa tumbuh 1,0% yoy. Sebaliknya, konsumsi pemerintah diperkirakan terkontraksi 6,3% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News