Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Nilai perdagangan ekspor Indonesia sepanjang awal tahun 2016 ini turun 14,32% menjadi US$ 21,78 miliar. Sektor minyak dan gas bumi (migas) merupakan yang turun paling dalam hingga 40,16% dibandingkan dengan realisasi ekspor tahun 2015 lalu.
Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, pada Februari lalu ekspor migas mencapai US$ 1,11 miliar. Jumlah ini merosot 36,51% ketimbang realisasi di bulan yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,75 miliar.
Dengan nilai ekspor ini, total pencapaian ekspor migas pada Januari-Februari 2016 nilainya mencapai US$ 2,22 miliar. Angka ini jauh merosot 40,16% dibandingkan nilai perdagangan ekspor pada periode yang sama di 2015 senilai US$ 3,71 miliar.
Suryamin menjelaskan, penurunan nilai ekspor hampir terjadi di semua komoditas, sebab secara tahunan masih dipengaruhi penurunan harga. "Harga komoditas baik migas maupun non migas yang masih rendah dibandingkan harga jual di tahun lalu," kata dia.
Sementara, realisasi ekspor non migas pada periode Januari-Februari 2016 juga mengalami penurunan sebesar 9,89% dengan nilai US$ 19,56 miliar. Rinciannya, nilai ekspor pertanian sebesar US$ 467,1 juta, ekspor industri pengolahan sebesar US$ 16,5 miliar, serta ekspor industri pertambangan dan lainnya senilai US$ 2,58 miliar.
Menurut Suryamin, secara tahunan baru dari 23 komoditas non migas yang diamati BPS, hanya dua komoditas saja yang nilai ekspornya mengalami peningkatan. "Baru dua komoditas saja yang naik, yaitu kopra sebesar 2,39% dan kayu log sebesar 3,39%," ujar dia.
Sehingga, 21 komoditas lain nilai ekspornya masih mengalami penurunan ketimbang tahun lalu. Suryamin bilang, perekonomian global yang menyulut penurunan harga komoditas menjadi alasan utama belum meingkatnya perdagangan ekspor.
Meski demikian, secara MoM sudah ada 17 komoditas yang mengalami peningatan ekspor. Antara lain, batubara, palm oil, serta palm kernel oil. "Peningkatan ekspor pada Februari sudah cukup menggambarkan adanya perbaikan perdagangan," ujar Suryamin.
Sementara, perdagangan impor Indonesia pada Februari 2016 juga turun 2,9% menjadi US$ 10,16 miliar. Sehingga, total impor hingga dua bulan pertama tahun ino mencapai US$ 2,63 miliar, atau turun 14,48% ketimbang tahun 2015 pada periode yang sama sebesar US$ 24,12 miliar.
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian mengatakan, realisasi nilai perdagangan eksor dan impor tidak bisa dilihat secara YoY. "Jangan lihat YoY dulu dong, situasinya memang semuanya. Padahal, kalau bulan ke bulannya ekspor mulai naik, tapi impornya belum," kata dia
Ia juga optimistiske depan neraca perdagangan akan membaik karena nantinya kebutuhan belanja di dalam negeri akan meningkat. "Beberapa jenis impor kan naik, seperti barang listrik, ya sebetulnaya barang modal naik, masih sebaian, belum semua industri merealisasikan rencana kegiatan usahanya," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News