kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Najwa Shihab belum berminat jadi menteri


Kamis, 02 November 2017 / 23:07 WIB
Najwa Shihab belum berminat jadi menteri


Sumber: Antara | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jurnalis Senior Najwa Shihab menyatakan diri belum berminat untuk menjadi seorang menteri, pascamundurnya dari salah satu media nasional, beberapa waktu lalu.

Pernyataan itu disampaikannya dalam kegiatan "Meet n Greet With Najwa Shihab"  di Universitas Tadulako (Untad) Palu, yang dilaksanakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hitam Putih, Fakultas Hukum Untad, Kamis.

Di hadapan ribuan peserta kegiatan, duta baca nasional itu menjelaskan bahwa informasi itu tidak benar. Menurut Najwa, berhenti dari salah satu stasiun televisi, bukan berarti berhenti dari profesi sebagai wartawan. 

Najwa mengakui, sejak berhenti dari televisi, seiring dengan itu, munculnya isu dirinya akan menjadi menteri dan mendapatkan pertanyaan kapan menjadi menteri. Padahal menurutnya, menjadi menteri itu hanya dua yang tahu, yakni Jokowi dan Allah SWT. 

Najwa menegaskan bahwa profesi sebagai wartawan, jauh lebih seru dari pada menjadi pejabat pemerintah. 

"Apalagi wartawan di Indonesia itu paling menggairahkan, jadi maaf," ujar Najwa. 

Najwa menceritakan, informasi menjadi menteri berawal dari profesinya sebagai duta baca di Inonesia, yang memiliki masa tugas selama lima tahun, oleh Perpustakaan Nasional. Najwa banyak membantu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun lalu. 

Najwa mengakui, dengan tugas itu, dirinya beberapa kali berkunjung ke Istana Negara, untuk berkoordinasi dengan Kemensesneg atau kesekretariatan Presiden, dalam rangka membicarakan kampanye membaca.

"Nah, mungkin saja kedatangan itu ditafsirkan berbeda dan dihubung-hubungkan, jadilah itu satu berita yang bergulir," ungkap Najwa.

Sehingga dengan kejadian itu, bisa menjadi contoh bagaimana sebenarnya masyarakat harus cerdas menganalisis informasi. 

"Kalau dulu susah mendapat informasi, sekarang terlalu banyak informasi, yang kita perlukan adalah kemampuan bagaimana memilih dan memilah informasi, ini informasi betul, ini sampah, ini fitnah, ini dusta atau ini bohong," jelas Najwa.

Sehingga dengan kemampuan itu, dapat memberikan manfaat untuk tidak mendekati kepada informasi yang negatif, dan itu menjadi tantangan yang dihadapi sekarang ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×