Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak civitas akademika Universitas Indonesia (UI) agar memanfaatkan proyek MRT sebagai tempat belajar atau laboratorium.
Budi meminta agar pihak universitas mengatur usulannya tersebut agar kesempatan yang ada tidak berlalu begitu saja. “Saya menyarankan kepada dubes Jepang agar melibatkan UI dalam proyek MRT karena proyek ini seperti laboratorium bagi kita untuk belajar,’ ujar Budi, Selasa (1/8).
Budi mengatakan pihaknya telah meminta PT MRT agar membeli bor yang saat ini digunakan dengan harga yang kompetitif dan dijadikan monumen sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat.
“Jadi ada monumen-monumen seperti bor yang sangat langka itu. Saya minta agar dibeli karena itu sewa. Lalu nanti dikelola antara PT MRT, UI dan komunitas Jepang agar menjadi tempat belajar, supaya nanti kalau ada proyek yang besar seperti ini, semua orang bisa belajar,” tutur Budi
Menurut Budi, hubungan antara Kementerian Perhubungan dan UI sangat harmonis. Banyak civitas akademika UI yang banyak memberikan masukan konstruktif kepada Kementerian Perhubungan.
Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa Jepang adalah rekan yang sangat baik dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini sudah dibuktikan dengan banyaknya proyek strategis yang bekerja sama dengan Jepang. Jepang selalu memberikan rekomendasi proyek-proyek yang sangat terukur, jangka panjang dan merupakan pemecah masalah bagi masyarakat Indonesia.
Kerja sama di sektor transportasi antara Indonesia dan Jepang telah berjalan selama bertahun-tahun dan kedua negara telah menjalin erat persahabatan dan kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dengan Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism of Japan telah menandatangani Memorandum of Cooperation di Sektor Transportasi pada tanggal 3 Desember 2010 oleh Wakil Menteri kedua negara.
Memorandum itu bertujuan untuk mengembangkan transportasi dengan pembuatan kebijakan serta pengembangan infrastruktur antara Indonesia dan Jepang. Hal ini juga dapat meningkatkan pertukaran pengetahuan, kebijakan, teknologi dan pengalaman yang menguntungkan kedua belah pihak sebagai upaya untuk meningkatkan hubungan persahabatan kedua negara.
Di antara proyek-proyek strategis transportasi yang dikembangkan antara Indonesia dan Jepang adalah MRT, Pelabuhan Patimban dan Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Proyek MRT menggunakan pinjaman dari Jepang dan telah dimulai beberapa tahun yang lalu serta ditargetkan selesai pada tahun 2020.
Proyek Indonesia-Jepang lainnya yaitu Pelabuhan Patimban yang memiliki kapasitas 1 juta TEUs dan 600 ribu mobil per tahun. Pengembangan Pelabuhan Patimban didanai oleh Jepang dalam skema pinjaman dimana tahap 1 ditargetkan selesai pada 2019 dan progres sampai Juli 2017 adalah dokumen perencanaan telah selesai dilakukan dan saat ini sedang dalam proses pengadaan lahan, DED, serta proses tender.
Budi menghimbau agar civitas akamedika UI berpartisipasi dalam kedua proyek tersebut. Pelabuhan Patimban diharapkan menjadi suatu kelengkapan dari Pelabuhan Tanjung Priok karena menurutnya Pelabuhan Tanjung Priok akan dijadikan hub.
Proyek lain, menurut Menhub adalah kereta api berkecepatan tinggi Jakarta – Surabaya. Pemerintah Indonesia bermaksud untuk memodernisasi jalur kereta api antara Jakarta – Surabaya agar kecepatan kereta api dapat lebih cepat. Panjang lintasannya direncanakan mencapai 685,4 km dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam 51 menit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News